Suara.com - Ada tiga sumber atau pemicu api dalam tabrakan kendaraan bermotor yang bisa memicu kebakaran, demikian dikatakan Training Director sekaligus Pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menanggapi kasus kecelakaan maut di Cikampek, Jawa Barat pada Senin pagi (8/4/2024).
Ketiga sumber pemicu api itu, terang Jusri, adalah oksigen, bahan mudah terbakar, dan panas. Ketiganya disebut sebagai triangle of fire atau segitiga api.
Baca juga: Grand Max Langsung Meledak, Ini Rekaman Video Detik-detik Kecelakaan Maut Tol Cikampek
Dalam kecelakaan di Cikampek, belasan orang meninggal setelah Daihatsu Gran Max keluar dari lajur contraflow dan menabrak sebuah bus dari arah berlawanan. Dalam kecelakaan itu, Gran Max dan sebuah Daihatsu Terios hangus terbakar.
Baca Juga: Sistem Satu Arah Cipali - Gerbang Tol Kalikangkung Diperpanjang hingga Selasa Siang
“Kenapa bisa terbakar Itu sangat memungkinkan, karena di situasi luar ruangan itu Itu ada triangle of fire, yaitu oksigen sebagai udara, kemudian bahan mulai dari plastik, karpet, kulit, karet, bensin, dan yang ketiga adalah panas, itu diakibatkan benturan yang keras, akan menimbulkan api,” kata dia dilansir dari Antara.
Tabrakan yang keras, menurut Jusri, sangat memungkinkan membuat saluran bensin kendaraan pecah sehingga bahan bakar minyak tersebut menyebar dan menyebabkan kebakaran hebat.
Lebih lanjut, Jusri menyebut kasus kecelakaan tersebut merupakan pembelajaran bagi pengendara untuk tidak memilih lajur contraflow ketika mereka masih memiliki opsi lajur yang lain.
Meski dapat mengurai kemacetan, contraflow sesungguhnya memiliki risiko kecelakaan yang lebih besar dari jalur normal, kata Jusri pula.
Cara kerja contraflow yang menggunakan jalur lalu lintas pada arah yang berlawanan, dan hanya disertai pembatas yang tidak permanen, misalnya dengan traffic cone (kerucut lalu lintas), tentu sangat berisiko tabrakan dari arah berlawanan.
Baca Juga: Grand Max Langsung Meledak, Ini Rekaman Video Detik-detik Kecelakaan Maut Tol Cikampek
Baca juga: Waspada Pilih Jalur Contraflow Saat Mudik Lebaran 2024
“Ini seakan jalur yang mematikan, di sisi kiri ada tembok, sementara sisi kanannya ada kendaraan lain dari arus berlawanan. Sering ditemui ketika lengah sedikit saja, sangat mungkin untuk keluar jalur masuk ke lajur lawan, hingga terjadi tabrakan beruntun karena distrasi motorik,” ujar Jusri.
Tidak hanya pengemudi, Jusri mengatakan penumpang juga harus mempersiapkan diri sebaik mungkin saat hendak melalui contraflow, misalnya tidak sedang menahan buang air, hingga tidak mengganggu konsentrasi pemegang kemudi, mengingat tidak ada lokasi pemberhentian atau peristirahatan pada lajur darurat tersebut.