Setiap sistem pembuangan sepeda motor modern memiliki konverter katalitik yang membantu menghilangkan polutan gas buang.
Namun, seiring berjalannya waktu dan jarak tempuh, semua konverter katalitik akan kehilangan efisiensinya.
Euro 5+ menyoroti efektivitas konverter katalitik dalam jangka panjang.
Paul menjelaskan bahwa pada masa-masa awal, konverter katalitik hanya berfungsi saat masih baru. Pengenalan persyaratan daya tahan dan pemantauan katalis mengharuskan adanya sistem yang lebih direkayasa.
Perubahan utama yang diperkenalkan oleh Euro 5+ adalah metode yang digunakan untuk menguji dan menghomologikan daya tahan katalisator.
![Ilustrasi Yamaha YZF-R1M.[MCN]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/04/01/67783-ilustrasi-yamaha-yzf-r1m.jpg)
Sebelumnya, di bawah Euro 5, emisi gas buang dapat diukur dengan menggunakan katalis baru, dan faktor kerusakan (pengali 1,3) dapat diterapkan untuk memperhitungkan kinerja di masa depan. Metode ini tidak mahal, sederhana, dan cepat.
Perubahan kedua yang diperkenalkan oleh Euro 5+ adalah persyaratan bagi ECU sepeda motor untuk terus memantau kesehatan katalis.
Hal ini dicapai melalui penggunaan dua sensor lambda (oksigen): satu terletak sebelum katalisator dan satu lagi setelahnya.
Dengan membandingkan pembacaan dari kedua sensor, kesehatan katalis dapat dipantau sepanjang masa pakainya.
Baca Juga: SAE pada Oli Kendaraan, Apa Maknanya?
Jadi dengan aturan yang makin ketat ini, praktis membuat pabrikan kesulitan untuk menjaga emisi gas buang tetap memenuhi syarat, khususnya pada motor dengan kapasitas mesin besar seperti Yamaha R1.