Suara.com - Masih segar di ingatan di mana Tesla beberapa tahun silam sempat bikin heboh karena rencana sang juaragan, Elon Musk yang ingin investasi di Indonesia.
Namun rencana tersebut tak kunjung menemui realisasi. Bahkan, produsen mobil listrik ini disinyalir akan bikin pabrik di Thailand, setelah sebelumnya berinvestasi membangun kantor dan jaringan pelayanan di Malaysia.
Apesnya, kini produsen dari Cybertruck tersebut justru sedang dilanda banyak masalah.
Menurut laporan dari Carscoops, dengan bersiapnya Tesla untuk melaporkan kinerja Q1 2024, para pendukung dan pengkritik memperkirakan penjualan yang lesu.
Baca Juga: Ingin Gaet Peminat Baru, Uji Coba Full Self-Driving Tesla Digenjot Besar-besaran
Terlepas dari upaya Tesla untuk melawan penurunan dengan penurunan harga, terbukti bahwa perusahaan ini masih merasakan dampak dari kondisi pasar yang suram.
Menurut rata-rata 11 analis keuangan, investor memperkirakan Tesla akan mengirimkan 457.000 kendaraan dalam tiga bulan pertama tahun 2024.
Proyeksi ini mencerminkan pertumbuhan 8 persen, yang secara signifikan lebih rendah dari pertumbuhan penjualan 36 persen yang dialami setahun sebelumnya.
Namun, tidak semua ahli memiliki pandangan optimis ini. Pengiriman di dua pasar terpenting Tesla, China dan AS, diprediksi akan turun sekitar 5% pada Q1 tahun ini, menurut laporan WSJ.
Perlambatan pertumbuhan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Tesla menghadapi persaingan yang semakin ketat di sektor mobil listrik global, terutama di China di mana BYD mengambil alih posisi sebagai merek mobil listrik terlaris pada Q4 2023.
Baca Juga: Konglomerat Cantik Tewas Mengenaskan, Tenggelam di Kolam saat Gunakan Tesla
Selain itu, Model 3 menghadapi persaingan harga yang ketat dari semakin banyak saingan lokal, termasuk Xiaomi SU7 yang baru-baru ini diluncurkan, yang memulai debutnya dengan harga mulai $ 4.000 lebih rendah dari Tesla.
Selain itu, produksi di Fremont melambat karena perusahaan memperbarui pabrik dalam persiapan untuk Model 3 yang diperbarui.
Masih belum habis, perlambatan jalur suplai yang terkait dengan serangan di Laut Merah telah berkontribusi pada penurunan harga saham produsen mobil ini.
Tesla sempat umumkan sistem bantuan pengemudi canggih, FSD, namun itu tak cukup membantu. Antisipasi pengiriman yang lebih rendah dan faktor-faktor lain telah menyebabkan penurunan harga saham sebesar 29 persen selama kuartal pertama 2024.
Ini menandai kuartal terburuk perusahaan untuk kinerja saham sejak akhir 2022 dan yang terburuk ketiga sejak penawaran umum perdana pada 2010.