Suara.com - Sebuah penelitian mengungkap bahwa produsen mobil listrik di Amerika mengalami kerugian sekitar $6.000 atau setara Rp94,8 juta untuk setiap kendaraan listrik yang mereka jual seharga $50.000 atau Rp790,7 juta, setelah memperhitungkan kredit pajak.
Dari studi baru yang dilakukan Boston Consulting Group (BCG), ekspektasi produsen terkait perkembangan penjualan kendaraan listrik belum terpenuhi bahkan membuat investor khawatir.
Di sisi lain, ekspektasi konsumen terhadap performa kendaraan listrik yang diinginkan masih sulit diwujudkan.
Proyeksi pertumbuhan penjualan kendaraan listrik sebesar 70 persen pada 2023 tidak terpenuhi dan hanya mencapai 50 persen. Namun masih belum mampu mencapai ekspektasi awal.
Baca Juga: Chery Ungkap Alasan Tak Bawa Tiggo 5X Versi Hybrid ke Indonesia
Hampir 40 persen dari total 3.000 responden mengatakan bahwa mereka ingin membeli mobil listrik sebagai kendaraan mereka berikutnya, tetapi dengan beragam persyaratan rumit yang saat ini belum banyak tersedia.
Produsen Mobil Listrik AS Beralih ke Hybrid
Sejumlah raksasa otomotif Amerika Serikat (AS) mengalihkan fokus mereka dari kendaraan listrik (EV) ke mobil hybrid.
Hal ini didasari lesunya penjualan kendaraan listrik dibandingkan mobil hybrid.
Berdasarkan data yang dirilis Morgan Stanley, penjualan mobil hybrid di AS tumbuh lima kali lebih cepat dibandingkan penjualan EV pada Februari 2024.
Baca Juga: Chery Tambah Kapasitas Produksi Penuhi Permintaan Tiggo 5X dan Omoda E5
Versi hybrid plug-in dari SUV Jeep Wrangler menyumbang setengah dari total penjualan Wrangler di AS pada paruh kedua 2023.
Penjualan mobil hybrid Ford naik hampir 37% pada dua bulan pertama 2024, didorong oleh permintaan truk hybrid Maverick.