Suara.com - Apakah dunia kerja sudah memberikan kesetaraan atas para pegawai tanpa membedakan jenis kelamin, kejadian yang terjadi atas Susie Wolff bisa dijadikan sebagai wacana.
Bila dipandang betapa prestisiusnya lingkup kerja di mana perempuan ini berada, insan otomotif bisa memberikan komentar satu kata "wow". Pasalnya ia bekerja di sebuah lingkup internasional, multi-kultural, lelaki dan perempuan, menjunjung persamaan derajat, menjadi impian banyak orang, akan tetapi kejadian seperti yang ia alami tidak terelakkan.
Susie Wolff atau lengkapnya Suzanne Stoddart Wolff adalah mantan pembalap single seater Formula 3 (F3), Formula Renault, balap ketahanan Jerman DTM, sampai test driver Formula 1 (F1) Williams Racing Team. Jabatannya terkini adalah F1 Academy Director untuk para calon pembalap putri.
Di luar sektor balap dan profesional ini ia adalah istri dari Toto Wolff, CEO dan Team Principal Mercedes-AMG Petronas F1 Team.
Baca Juga: Obituari: Sayonara, Kenjiro Shinozuka Pereli Paris-Dakar Kenamaan
Di sinilah awal kejadian Susie Wolff yang membuatnya mengambil tindakan hukum berupa tuntutan pidana terhadap Federasi Internasional Balap Roda Empat atau FIA.
Dikutip dari BBC Sport, tahun lalu majalah Business F1 menyusun artikel tentang klaim bahwa sejumlah petinggi tim telah menyampaikan kekhawatiran kepada FIA tentang potensi penyampaian informasi rahasia antara Mercedes dan F1 melalui pasangan Wolff, yaitu Toto dan Susie.
Disebutkan pula FIA melakukan penyelidikan berdasarkan klaim media itu, bahwa hubungan antara Susie Wolff dengan sang suami menimbulkan konflik kepentingan dalam olah raga di mana mereka bekerja.
Dua hari setelah mengumumkan hasil penyelidikan departemen kepatuhan tentang masalah Susie Wolff, FIA mengakhiri penyelidikannya, dan mengatakan pihaknya "puas" F1 memiliki langkah-langkah untuk melindungi dunia balap jet darat masalah itu.
Anehnya, baik pihak Mercedes-AMG Petronas F1 Team, Susie Wolff, mau pun F1 tidak dihubungi FIA sebelum mengumumkan bahwa mereka telah merujuk "tuduhan informasi bersifat rahasia yang diteruskan ke kepala tim F1 dari anggota personel FOM (Formula One Management)" ke departemen kepatuhan atau compliance department.
Baca Juga: Kampanye Perempuan Bermakna Asuransi Astra Dapat Anugerah PR Indonesia Awards 2024
Keesokan harinya, sembilan tim F1 mengeluarkan pernyataan terkoordinasi dan dengan kata-kata serupa, intinya mengklarifikasi tidak mengajukan keluhan kepada FIA tentang hubungan Susie Wolff dan pasangannya, serta "senang dan bangga mendukung F1 Academy serta direktur pelaksananya".
Pernyataan tim F1 ini melemahkan artikel yang telah beredar dan penyelidikan FIA.
Keputusan FIA untuk melakukan penyelidikan kepatuhan menghasilkan pernyataan tegas dari F1 dan Mercedes yang menolak tuduhan ini dan memperjelas rasa frustrasi mereka terhadap penanganan FIA terhadap masalah yang dialami Susie Wolff.
"Saya merasa sangat terhina namun tidak terkejut dengan situasi ini. Tuduhan itu sendiri sangat intimidatif serta misoginis--atau menunjukkan ketidaksukaan terhadap perempuan," tegas Susie Wolff.
Ia menambahkan, tuntutan pidana terhadap FIA sudah dilayangkan lewat pengadilan Prancis pada 4 Maret 2024.
"Masih belum ada transparansi atau akuntabilitas terkait tindakan FIA dan personelnya dalam masalah ini," tambah ibu satu putra bernama Jack Wolff itu.
"Saya penting untuk membela diri, menyerukan perilaku yang tidak pantas dan memastikan orang-orang dimintai pertanggungjawaban. Meskipun beberapa orang mungkin berpikir diam akan membebaskan mereka dari tanggung jawab, namun kenyataannya tidak demikian," ungkap Susie Wolff yang berdarah Skotlandia.
Tindakan FIA dalam kasus Susie Wolff tadi sangat kontras dengan penanganan terhadap Christian Horner, Team Principal Red Bull Racing terhadap seorang karyawati di tim balap F1 tempat Sergio Perez dan Max Verstappen bernaung.
Christian Horner, suami dari Geri Halliwell, anggota girlband Spice Girls membantah klaim bahwa ia mengirim pesan tidak senonoh kepada salah satu pegawainya.
Red Bull menolak pengaduan itu setelah melakukan penyelidikan internal dan melakukan skors terhadap pelaku pengaduan.
FIA menyatakan untuk kasus Toto dan Susie Wolff sebagai "mengetahui spekulasi media yang berpusat pada tuduhan ini".
Sebaliknya, sehubungan dengan Christian Horner, meskipun ada dua pengaduan dari pelapor dan satu pengaduan resmi dari karyawan perempuan Red Bull, FIA menolak untuk mengatakan apakah mereka sedang menyelidiki kasusnya.
"Pertanyaan dan keluhan diterima dan dikelola oleh Pejabat Kepatuhan, dan Komite Etik jika diperlukan. Kedua badan ini beroperasi secara mandiri, menjamin kerahasiaan yang ketat selama proses berlangsung. Sebagai konsekuensinya, dan secara umum, kami tidak dapat mengkonfirmasi penerimaan pengaduan tertentu dan kecil kemungkinannya kami dapat memberikan komentar lebih lanjut mengenai pengaduan yang mungkin kami terima dari pihak mana pun," jelas FIA terkait kasus Christian Horner.
Situasi itulah yang membuat sederet insan F1 mempertanyakan apa pandangan Presiden FIA, Mohammed Ben Sulayem.