Suara.com - Dalam acara HSBC Investment Forum di Jakarta, Selasa (19/3/2023), Misi Tang, Head of Industrials Asia Pacific HSBC Global Banking berbincang tentang kemampuan masuknya produk mobil listrik atau Electric Vehicle (EV) ke Indonesia bisa belajar dari Tiongkok.
Dikutip dari kantor berita Antara, Tiongkok hanya perlu sekira lima tahun untuk tumbuh dari lima persen penjualan EV menjadi 35 persen.
Faktor pendorongnya adalah pemberian insentif dari pemerintah. Hal itu sangat penting di saat industri mulai dan aktif sebagai akselerator dalam pengembangan EV.
"Menurut saya, Indonesia bisa lebih cepat untuk penetrasi EV karena memiliki teknologi existing, sumber daya mineral, dan dinamika geopolitik yang mendukung," ujar Misi Tang.
Baca Juga: Kampanye Perempuan Bermakna Asuransi Astra Dapat Anugerah PR Indonesia Awards 2024
Ia menambahkan bahwa penjualan EV di Tiongkok bisa meningkat menjadi 53 persen di 2025. Kondisinya, sebagian besar penawaran produk baru yang tersedia di pasar pada dasarnya adalah model EV. Lantas di sisi lain, model Internal Combustion Engine (ICE) yang tersedia tidak banyak lagi.
Sehingga bila subsidi pemerintah nantinya dihapuskan, proyeksi penjualan EV di Tiongkok akan terus meningkat.
Dalam menjadikan EV sebagai bagian tidak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat Tiongkok, Misi Tang menambahkan peran ekosistem baterai EV juga sangat penting.
Riko Tasmaya, Managing Director Wholesale Banking HSBC Indonesia menyatakan bahwa dukungan terhadap rantai pasok baterai EV menjadi salah satu fokus HSBC di samping proyek di sektor Environmental, Social, and Governance (ESG) lainnya.
Contohnya adalah dukungan yang diberikan kepada Merdeka Battery Materials dan produsen sel baterai di Indonesia.
Baca Juga: Rahasia Menang Undian Sepeda Motor di Festival Tumbuh by Astra Financial
"Ada beberapa perusahaan asing yang baru masuk sudah melakukan investasi. Sekitar dua tahun yang lalu, joint venture (JV) antara LG dan Hyundai. HSBC juga mendukung transaksi itu. Masuk sebagai salah satu produsen sel baterai pertama yang dibuat di Indonesia," jelas Riko Tasmaya.
Kemudian, HSBC juga mendukung berbagai sektor yang termasuk dalam rantai pasok kendaraan listrik atau EV. Antara lain SGMW Multifinance Indonesia, VinFast, serta Bluebird.
"Kami percaya supply chain ini benar-benar end-to-end. Jadi tidak bisa bila hanya sektor baterai saja, namun mesti masuk di setiap rantai pasok. Kami akan melihat pertumbuhannya sehingga bisa diprioritaskan. Saat ini kami masuk di setiap rantai pasok," lanjutnya.
Mengingat pentingnya percepatan penetrasi EV di Indonesia, Riko Tasmaya menyebutkan kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah harus terus diperkuat.
Investor juga memerlukan peran perbankan untuk menghubungkan pemerintah dengan rantai pasok industri. Di sinilah HSBC turut berperan.
"Ini adalah suatu kesempatan besar yang sedang diperjuangkan Indonesia, fokus untuk menjadikan percepatan penetrasi EV. Bakal menjadi perjalanan semua stakeholder, termasuk bank dan HSBC mencoba untuk mengembangkan ini. Dan, tentunya sesuatu yang tidak mudah," pungkasnya.