Suara.com - Salah satu kekhawatiran utama yang dihadapi konsumen yang tertarik dengan mobil listrik adalah harga kendaraan tersebut.
Namun berdasarkan studi yang dilakukan sebuah lembaga survei, Gartner memperkirakan bahwa pada tahun 2027, produksi mobil listrik akan lebih murah dibandingkan kendaraan berbahan bakar bensin. Di mana hal ini dinilai akan berbanding lurus dengan harga mobil listrik di pasaran.
Paket baterai yang besar, teknologi baru, dan biaya pengembangan yang lebih efisien akan mendorong harga mobil listrik menjadi lebih murah.
Dari studi yang dilakukan, VP Gartner, Pedro Pacheco mengatakan, Pemain OEM baru ingin mendefinisikan ulang status quo di bidang otomotif.
Baca Juga: Bukan Mobil Listrik Murah dan Kencang, Begini Visi Hyundai untuk Kembangkan N Series
Mereka menghadirkan inovasi baru yang menyederhanakan biaya produksi seperti arsitektur kendaraan terpusat atau pengenalan gigacasting yang membantu mengurangi biaya produksi serta waktu perakitan.
"Hal ini yang tidak dapat diadopsi oleh para pembuat mobil lama agar dapat bertahan," ujar Pedro Pacheco, dikutip dari Carscoops, Senin (11/3/2024).
Hanya saja kemajuan ini rupanya bak pedang bermata dua. Semakin murahnya harga mobil listrik juga akan berdampak pada tagihan perbaikan, serta premi asuransi pelanggan.
Meskipun teknologi gigacasting Tesla memungkinkan untuk melakukan perang harga dengan produsen kendaraan listrik lainnya. Namun perbaikan mobil listrik diperkirakan akan tetap mahal.
Gartner memperkirakan bahwa biaya rata-rata untuk memperbaiki kerusakan serius pada bodi atau baterai akan meningkat sebesar 30 persen.
Baca Juga: BYD Tak Cuma Ingin Bangun Pabrik Mobil di Indonesia, Buka Peluang Produksi Baterai dan R&D
Hal ini dapat menyebabkan lebih banyak penghapusan, dan bahkan dapat menyebabkan beberapa perusahaan asuransi menolak perlindungan terhadap mobil listrik.