Suara.com - Presiden Biden menjadikan kendaraan listrik sebagai bagian utama dari kampanye pemilihannya pada tahun 2020. Pemerintahannya merilis target emisi yang ketat untuk perusahaan mobil, menjanjikan masa depan yang terelektrifikasi. Namun, menurut sumber dari dalam, target ini mungkin akan dikurangi.
Menurut Arena EV, alasan perlambatan ini masih belum jelas, terutama karena para produsen mobil akhirnya berinvestasi pada kendaraan listrik. Potensi perubahan haluan ini menunjukkan bahwa Presiden Biden mundur dari inisiatif hijau besarnya.
Rencana awal Biden bertujuan untuk meningkatkan penjualan mobil listrik, membuka jalan bagi adopsi mobil listrik secara luas.
Hal ini disambut positif oleh para aktivis iklim, namun para produsen mobil telah menyatakan keprihatinannya.
Untuk mencapai target ini, diperlukan investasi yang signifikan dan konfigurasi ulang praktik manufaktur yang sudah ada. Tampaknya keluhan industri ini telah sampai ke Gedung Putih.
Informasi dari orang dalam menunjukkan bahwa Environmental Protection Agency (EPA) mungkin akan melonggarkan peraturan emisi. Daripada target sebelumnya, ada pertimbangan untuk menunda target yang lebih ketat hingga setelah tahun 2030.
Peraturan yang direvisi belum diselesaikan, dan para pendukungnya mengklaim bahwa peraturan tersebut tidak akan menghalangi kemajuan jangka panjang.
Mereka menegaskan bahwa rencana tersebut hanya akan menawarkan 'fleksibilitas' sementara bagi para produsen mobil. Namun, masih harus dilihat apakah ini benar.

Penasihat iklim Gedung Putih, Ali Zaidi, meyakinkan publik tentang komitmen berkelanjutan terhadap kendaraan listrik (EV).
Baca Juga: Gosong Krispi, Mobil Hangus Ini Nekat Dijual Setara Harga Avanza
Namun, beberapa pihak melihat kompromi ini sebagai kemunduran yang signifikan. Dan Becker dari Pusat Keanekaragaman Hayati menyatakan bahwa Gedung Putih lebih memprioritaskan tekanan industri daripada janji-janji lingkungan.