Suara.com - Toyota telah terlibat dalam teknologi baterai tegangan tinggi sejak diperkenalkannya Prius. Seiring berjalannya waktu, perusahaan ini telah mengembangkan bisnis daur ulang baterai yang berkembang pesat. Toyota Chemical Engineering (TCE) kini memimpin dengan proses baru tanpa pembakaran yang menjanjikan terobosan ekologis.
Sebelumnya, proses daur ulang melibatkan pembakaran baterai lama dan mengambil material berharga dari abunya. Meskipun fungsional, proses ini intensif karbon dan bukan metode yang paling efisien untuk memulihkan semua bahan sel.
Namun, anak perusahaan Toyota sedang mengembangkan metode untuk menyaring cairan elektrolit yang ada di semua baterai. Karena sifatnya yang mudah terbakar, pembakaran sebelumnya merupakan solusi paling sederhana untuk pembuangan.
Dilansir dari Carscoops, rencana baru ini adalah menyuling elektrolit untuk mengurangi sifat mudah terbakar dan membuatnya lebih aman untuk ditangani. TCE akan dapat membongkar baterai secara lebih menyeluruh dengan menggunakan metode ini. Sel-selnya dapat diparut, sehingga lebih mudah untuk dipilah dan diambil materialnya.
Bahan yang tersisa, yang dikenal sebagai 'massa hitam', mengandung aluminium, besi, dan berbagai logam langka, menurut TCE. Perusahaan ini mengklaim bahwa metode baru ini mengurangi emisi CO2 yang terlibat dalam daur ulang baterai dan meningkatkan tingkat pemulihan.
Menurut Kenichiro Muramatsu, anggota divisi pengembangan bahan baku, teknologi limbah-ke-energi yang baru tidak hanya berkontribusi pada netralitas karbon tetapi juga memungkinkan pemulihan bahan yang tidak dapat diperoleh melalui pembakaran konvensional, yang mengarah pada peningkatan yang signifikan dalam tingkat pemulihan. Inovasi ini merupakan langkah untuk mencapai ekonomi sirkular.
TCE, perusahaan yang bertanggung jawab atas teknologi ramah lingkungan ini, juga berupaya membuat pembangkit energi dari sampah menjadi lebih ramah lingkungan. Daripada hanya membakar sampah, metode ini melibatkan penempatan sampah ke dalam panci bertekanan dengan serbuk gergaji, kertas sobek, dan air.
Proses ini mengubah sampah menjadi bahan bakar cair yang dapat difermentasi menjadi gas, terutama terdiri dari metana, yang kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. TCE mengakui bahwa metodenya tidak sepenuhnya menghilangkan pembakaran. Namun, TCE mengklaim dapat mengurangi emisi CO2 dengan menangkap produk sampingan dan menggunakan limbah panas dari proses pembakaran untuk menghasilkan listrik tambahan.
TCE menyatakan bahwa proses yang paling dihargai sebelumnya adalah detoksifikasi melalui pembakaran, namun hal ini tidak akan terjadi lagi. Yoshihiro Hayashi, presiden Toyota Chemical Engineering, menekankan pentingnya pemulihan sumber daya di Jepang karena sumber daya yang langka. Pembicara tersebut mengungkapkan keinginannya untuk mewariskan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang, termasuk cucu-cucu mereka.
Baca Juga: Bikin Mobil Kucel, Ini 5 Penyebab Rusaknya Cat Bodi