![Lokasi baterai di mobil listrik Toyota bZ4X. Sebagai ilustrasi [Toyota Global].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/06/22/29694-toyota-bz4x-toyota-global-antara.jpg)
Peningkatan adopsi kendaraan listrik dalam beberapa tahun terakhir tentu semakin meningkatkan kebutuhan akan logam langka untuk baterainya, seperti kobalt atau lithium.
Cadangan sumber daya mineral ini terbatas, dan penambangan yang tidak terencana dapat mengakibatkan penipisan sumber daya.
“Meskipun kebanyakan orang tidak pernah berkesempatan untuk melihat isi baterai, membuangnya bersama mobil saat masa pakai habis menjadi masalah yang serius," demikian dipaparkan TCE.
“Di Jepang, di mana sumber daya langka, pemulihan sumber daya menjadi sangat penting. Saya memiliki cucu, dan saya ingin mewariskan lingkungan yang lebih baik lagi untuk anak-anak di masa depan. Itulah mengapa saya terus menghadapi tantangan-tantangan ini dengan melihat masa depan 20 atau 30 tahun dari sekarang," Yoshihiro Hayashi, Presiden TCE tentang daur ulang baterai ini.
![Zat hitam yang dihasilkan dari proses penghancuran baterai EV atau mobil listrik [Toyota Chemical Engineering via ANTARA].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/02/09/99754-zat-hitam-baterai-ev-tce-antara-01-suaradotcom.jpg)
Selain temuan daur ulang baterai, TCE juga berupaya membuat pembangkit energi dari sampah menjadi lebih ramah lingkungan.
Sampah yang diproses dalam panci bertekanan berisi serbuk gergaji, kertas sobek, dan air dapat diubah menjadi bahan bakar cair.
Cairan yang dihasilkan bisa difermentasikan menjadi gas mengandung metana yang digunakan untuk menghasilkan listrik.
Meskipun mengakui bahwa metodenya tidak sepenuhnya menghilangkan pembakaran, TCE menegaskan bahwa metode ini mengurangi emisi CO2 dengan menangkap produk sampingan jika memungkinkan, dan memanfaatkan limbah panas dari proses pembakaran untuk menghasilkan listrik tambahan.
Baca Juga: Terkait Laporan TICO, PT TAM Jamin Kualitas