Suara.com - Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan Indonesia bekerjasama dnegan China untuk mengembangkan baterai lithium ferro phosphate (LFP) untuk kendaraan listrik.
Padahal sebelumnya Menko Luhut sempat mengkritisi, bahwa baterai LFP memiliki kelemahan karena tidak dapat didaur ulang.
"Nah kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan Tiongkok. Tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan Tiongkok maupun dengan lain-lain," ungkap Luhut, dikutip Selasa (29/1/2024).
Dalam kesempatan itu, Luhut juga membantah pernyataan Tom Lembong soal 100 persen kendaraan Tesla produksi China menggunakan baterai LFP.
Baca Juga: Kolaborasi Otomotif dan Inovasi Artistik Range Rover
Perusahaan mobil listrik milik Elon Musk itu, kata dia, masih menggunakan nikel untuk baterai kendaraan listriknya.
"Tidak benar pabrik Tesla di Shanghai menggunakan 100 persen LFP atau lithium ferro phosphate untuk mobil listriknya. Mereka masih tetap gunakan nickel based battery," tegas Luhut.
Produsen asal China saat ini yang paling banyak menggunakan baterai LFP untuk kendaraan listrik mereka. Padahal, ada kerugian dari penggunaan baterai LFP untuk masa depan lingkungan.
Sementara nikel memiliki sejumlah keunggulan jika digunakan untuk baterai kendaraan listrik, salah satunya dapat didaur ulang.
"Publik perlu tahu bahwa lithium baterai berbasis nikel itu bisa didaur ulang, sedangkan baterai LFP sejauh ini masih belum bisa didaur ulang. Tetapi sekali lagi teknologi itu terus berkembang," pungkas Luhut.
Baca Juga: Kenal Lebih Dekat dengan Bisnis Otomotif Astra
Diketahui baterai LFP untuk kendaraan listrik sempat menjadi bahan perbincangan usai diangkat dalam debat Cawapres, Minggu 21 Januari 2024.