Jakarta Punya LEZ, London Gunakan ULEZ

Sabtu, 20 Januari 2024 | 19:55 WIB
Jakarta Punya LEZ, London Gunakan ULEZ
Kawasan Kota Tua saat berada dalam tahap revitalisasi (19/5/2022) [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Upaya menurunkan kadar emisi kendaraan bermotor diberlakukan di berbagai kota di dunia.

Contohnya adalah London, ibu kota England sekaligus Britania Raya. Selain menerapkan zona rendah emisi atau Low Emission Zone, di titik tertentu juga diperkuat dengan Ultra Low Emission Zone (ULEZ) sehingga kawasan bisa menjadi tempat lebih ramah bagi pejalan kaki. Apalagi para wisatawan yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menjelajahi bagian kota sembari berfoto-foto.

Di Jakarta, juga telah diterapkan LEZ yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas udara ibu kota Republik Indonesia.

London (Pexels.com/Pixabay)
London, kawasan House of Parliament dan Westminster Bridge termasuk kawasan LEZ [Pexels.com/Pixabay]

Dikutip dari kantor berita Antara, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta memperluas kawasan rendah emisi atau LEZ, lewat penjelasan Asep Kuswanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta yang menyatakan bahwa perluasan LEZ ditetapkan berdasarkan  Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 576 Tahun 2023 tentang Strategi Pengendalian Pencemaran Udara.

Baca Juga: Prodrive Hunter, Hypercar Unggulan Dakar Rally 2024

"Kepgub ini mengatur kajian terkait kriteria kawasan rendah emisi, penyusunan peraturan terkait kriteria kawasan rendah emisi, dan penetapan lokasi Kawasan Bebas Kendaraan Bermotor (permanen)," papar Asep Kuswanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

Saat ini, Jakarta memiliki dua LEZ, yaitu berlokasi di Kawasan Kota Tua Jakarta dan Tebet Eco Park sebagai percontohan.

"Ke depan, gagasan mengenai kawasan rendah emisi akan semakin diperdalam dengan mengedepankan prinsip inklusivitas dan manfaatnya bisa dirasakan secara maksimal oleh warga, " lanjut Asep Kuswanto.
 
Dalam mewujudkan misi perluasan kawasan rendah emisi itu, DLH DKI bersinergi bersama Dinas Perhubungan DKI Jakarta dengan memperhatikan kebutuhan mobilitas warga sehari-hari, memperhitungkan faktor kenyamanan, kesehatan, dan keamanan pengguna. Juga dibantu berbagai pihak. Salah satunya konsorsium Clean Air Catalyst (Catalyst), yang didukung USAID dan dilaksanakan WRI Indonesia, Vital Strategies, dan ITDP Indonesia.

"Kami berharap, dengan perluasan kawasan rendah emisi, Kota Jakarta naik kelas menuju kota global dengan kualitas udara yang semakin membaik," lanjut Asep Kuswanto.
 
Satya Utama, Manajer Program Clean Air Catalyst menyatakan antusias diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan DLH dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
 

"Clean Air Catalyst berperan untuk mengoptimalkan desain dan pelaksanaan kawasan rendah emisi yang lebih inklusif, mengikutsertakan aspirasi, dan kebutuhan masyarakat. Sehingga dapat mewujudkan visi kawasan rendah emisi yang tidak hanya mengurangi dampak polusi udara, juga menyejahterakan warga," kata Satya Utama.
 
Dipaparkannya seputar masukan dari beberapa anggota masyarakat di sekitar Kawasan Rendah Emisi (KRE) di daerah Kota Tua.

Baca Juga: Audi EV Buktikan Keandalan via Dakar Rally 2024

"Dari sana kami mempelajari bahwa pembangunan kawasan rendah emisi di satu sisi memiliki dampak yang dapat mempengaruhi tingkat kepadatan kendaraan di dekat permukiman warga, di mana jalan-jalan dijadikan sebagai jalan alternatif untuk menghindari KRE, yang alih-alih memberi manfaat, justru menimbulkan tantangan baru di sektor kesehatan dan keamanan, " tukasnya.

Tantangan baru tentang ruas alternatif atau kerap disebut jalan tikus inilah yang mesti menjadi pemahaman bersama bahwa hadirnya LEZ dan KRE adalah untuk mengurangi emisi gas buang, bukan memindahkannya sementara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI