Suara.com - Electric Vehicle (EV) dalam pembuatannya membutuhkan material sumber daya alam (SDA) yang melimpah di Indonesia, yaitu nikel yang diolah menjadi bijih nikel atau nickel ore.
Kepala Staf Kepresidenan RI, sekaligus Ketua Perklindo (Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia) H Moeldoko menyatakan saat ini sudah terdapat sekitar 40 pabrik peleburan (smelter) nikel yang menghasilkan feronikel dan nikel pig iron untuk pabrik baterai mobil listrik dan pabrik mobil listrik.
Dikutip dari kantor berita Antara, Moeldoko menyatakan bahwa Indonesia juga mengundang para investor dari Uni Eropa untuk berinvestasi dalam membangun pabrik pengolahan SDA ini, yang akan menjadi material dari pembuatan EV khususnya bagian baterai.
Hal ini disampaikan saat Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menerima kunjungan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Denis Chaibi di Gedung Bina Graha, Jakarta, Rabu (17/1/2024).
Baca Juga: Obituari: Carles Falcon Abadikan Persahabatan Dakar Rally
Tentang material untuk mobil listrik atau EV ini, ia menyatakan dari sisi Pemerintah Indonesia sudah dilakukan berbagai praktik baik, salah satunya hilirisasi produk nikel.
Untuk itu, ia mendorong penyelesaian negosiasi Perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement atau IEU-CEPA yang sudah berlangsung selama delapan tahun serta kebijakan hilirisasi di Indonesia.
"Kami berharap negosiasi IEU-CEPA dapat segera menemukan titik temu dan mengakomodir kepentingan bersama, dan Indonesia berkomitmen penuh atas hal ini," ujar Moeldoko.
Chief Negotiator EU Fabien Gehl dalam pertemuan tadi menyatakan bahwa pihak Uni Eropa juga berkomitmen untuk menyelesaikan negosiasi IEU-CEPA. Ada pun target yang ditetapkan adalah kurun enam sampai delapan bulan mendatang sudah akan muncul kesepakatan yang diharapkan dapat memenuhi nilai tambah bagi kedua belah pihak.
"Secara spesifik kami berkeinginan untuk mengintensifkan komunikasi sehingga dapat menghasilkan konklusi," tandas Fabien Gehl.
Moeldoko menambahkan bahwa Uni Eropa adalah partner strategis Indonesia di berbagai sektor, khususnya di sektor ekonomi, di mana Uni Eropa merupakan tujuan utama ekspor produk Indonesia kelima dengan nilai 21,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Terios 7 Wonders, Penjelajahan Daihatsu Maluku Utara
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia juga turut mendorong kesepakatan Trade Sustainable Development dengan fokus untuk menerapkan prinsip-prinsip lingkungan dan keberlanjutan dalam mewujudkan produk-produk lestari menjadi lebih kompetitif.
Hal ini diterapkan Pemerintah Indonesia melalui berbagai upaya untuk mewujudkan standardisasi dan sertifikasi yang dapat diakui oleh Uni Eropa, antara lain perbaikan Sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) serta Sistem Verifikasi Legal Kayu (SLVK) untuk produk kayu.
"Melalui IEU-CEPA, harapannya sertifikasi Indonesia dapat diakui oleh EU sehingga tidak perlu sertifikasi berbeda namun secara substansi sama," tandas Moeldoko.
Terkait kebijakan hilirisasi di Indonesia, Moeldoko berharap kondisi ini tidak akan menghambat proses penyelesaian IEU-CEPA.