Mobil Hybrid Bakal Laris di Indonesia Karena Baterai Mahal

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 05 Januari 2024 | 22:55 WIB
Mobil Hybrid Bakal Laris di Indonesia Karena Baterai Mahal
Toyota Camry Hybrid di GIIAS 2021 [Suara.com/CNR ukirsari].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mobil hybrid, yang mengombinasikan mesin berbahan bakar minyak dengan listrik, akan jadi pilihan konsumen Indonesia, karena baterai mobil listrik masih terlalu mahal.

Ini dikatakan pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung atau ITB, Yannes Martinus Pasaribu pada Jumat (5/1/2023). Ia mengatakan peralihan dari mobil konvensional (ICE) ke listrik (EV) akan mulus selama 2024.

“Pergeseran ICE ke EV akan berlangsung secara mulus selama 2024. Penjualan terbesar justru terjadi pada kendaraan hybrid. Kendala harga baterai yang memiliki harga masih mahal tetap masih menjadi tantangannya,” kata Yannes.

Pertumbuhan kendaraan elektrik berbasis hybrid menunjukkan tren yang positif sejak dua tahun belakangan. Pada 2022, kendaraan hybrid terjual 10.000 unit dalam satu tahun, begitu juga dengan kendaraan elektrik.

Baca Juga: BYD Kembali Kalahkan Tesla sebagai Produsen Mobil Listrik Terbesar Dunia

Sepanjang 2023, tren penjualan kendaraan hybrid yang di dalamnya masih menggunakan mesin konvensional melonjak drastis sebanyak 40.000 unit hingga November 2023. 

Sedangkan kendaraan listrik murni, data Gaikindo menunjukkan penjualan kendaraan yang tidak menghasilkan emisi tersebut hanya bisa mencapai 14.000 unit hingga November 2023.

Oleh karena itu, pemerintah dan juga produsen otomotif Indonesia masih perlu bekerja keras untuk mengedukasi konsumen agar mau beralih ke kendaraan bersih emisi tersebut pada tahun ini. 

Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, yang membuat tren beralih dari kendaraan konvensional ke elektrik penuh masih cenderung santai atau tidak seperti negara-negara lainnya.

Menurut Yannes, para produsen otomotif baru yang membawa berbagai kendaraan elektrik penuh mereka perlu strategi yang menyeluruh. Pertama, produk harus disesuaikan dengan pasar lokal, mempertimbangkan kondisi geografis, infrastruktur, preferensi desain, jangkauan baterai, dan juga yang terpenting adalah harga.

Baca Juga: Ungkap Penemuan Harta Karun Berjuluk Emas Putih di Indonesia, Luhut: Besar Sekali!

Selain itu, jangkauan baterai yang lebih jauh juga perlu menjadi perhatian khusus bagi para produsen otomotif yang hendak menyediakan varian elektrik penuh untuk konsumen Indonesia.

“Produsen juga harus fokus pada inovasi teknologi seperti baterai berkapasitas tinggi dan fitur konektivitas canggih. Kolaborasi dengan penyedia layanan keuangan untuk menyediakan opsi pembiayaan yang menarik akan meningkatkan aksesibilitas EV,” ucap Yannes.

Yannes menilai para produsen dan juga pemerintah harus berani untuk berinvestasi pada berbagai fasilitas yang menunjang kenyamanan para pengguna kendaraan elektrik.

“Investasi dalam infrastruktur pengisian, termasuk stasiun pengisian cepat, dapat mengurangi kekhawatiran konsumen. Penetapan harga yang kompetitif, mungkin dengan dukungan subsidi pemerintah, akan menjadikan EV lebih terjangkau,” Yannes menjelaskan.

Penyedia asupan listrik milik pemerintah PT PLN (Persero) telah menorehkan catatan yang positif selama 2024. Selama satu tahun yang lalu, PLN setidaknya telah membangun 54 unit stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). PLN kini memiliki 624 SPKLU yang tersebar di 411 wilayah di seluruh Indonesia. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI