Suara.com - Skandal tes tabrak mengguncang Daihatsu, anak perusahaan Toyota, yang mengakibatkan penutupan seluruh pabrik di Jepang.
Tindakan ini mengikuti penghentian pengiriman kendaraan setelah ditemukan pengujian yang tidak benar pada 64 model.
Dikutip dari Sky News, berikut fakta-fakta terkait penutupan pabrik Daihatsu.
1. Penutupan Pabrik Setelah Skandal Tes Tabrak
Baca Juga: Biar Nggak Kena Pajak Progresif, Begini Cara Blokir Kendaraan
Daihatsu tutup pabrik di Jepang dengan jumlah 4 fasilitas produksi sebagai respons terhadap skandal pengujian keselamatan. Langkah ini menyusul penghentian pengiriman kendaraan setelah ditemukan pengujian yang tidak benar pada 64 model.
2. Penyelidikan Mendalam dari Kementerian Transportasi
Kementerian Transportasi Jepang telah meluncurkan penyelidikan mendalam terkait kendaraan Daihatsu. Penyelidikan ini memuncak dengan penutupan pabrik sebagai langkah responsif terhadap kesalahan sistematis yang ditemukan pada pengujian keselamatan.
3. Dampak pada Ribuan Pemasok dan Ekonomi Lokal
Penutupan pabrik di Shiga, Kyoto, Oita, dan markas besar Osaka diperkirakan akan berdampak pada ribuan pemasok dan karyawan, mengancam ekonomi lokal.
Baca Juga: Daihatsu Lanjutkan Pengiriman Mobil Dari Indonesia di Tengah Skandal Tes Keselamatan
Daihatsu berjanji untuk memberikan kompensasi kepada 423 pemasok domestik yang memiliki hubungan bisnis langsung.
4. Masalah Pengujian Keselamatan dan Pelanggaran Lainnya
Skandal melibatkan 64 model dan tiga mesin kendaraan, termasuk 22 model dan satu mesin yang dijual oleh Toyota. Dampaknya juga merambah ke beberapa model Mazda dan Subaru di Jepang, serta model Toyota dan Daihatsu yang dijual di luar negeri.
5. Akar Masalah: Tekanan pada Pekerja dan Batas Waktu Pengembangan yang Ketat
Presiden Daihatsu, Soichiro Okudaira, mengakui adanya kecurangan pada pengujian keselamatan dan prosedur lainnya. Dia menyalahkan tekanan pada pekerja untuk memenuhi tenggat waktu pengembangan yang ketat sebagai penyebab utama masalah ini.
Dengan penutupan pabrik dan dampak yang luas pada rantai pasok, skandal ini menunjukkan perlunya perubahan agar tak makin banyak konsumen yang dirugikan.