"Seperti Elon Musk, misalnya. Dengan mobil listrik ia memikirkan kondisi bumi yang lebih baik. Kemudian tinjauan untuk pemasaran dan pembuatan produk," lanjutnya.
Lebih lanjut mencontohkan mobil listrik sebagai pembeda kondisi adalah saat ia ditelepon salah satu rekannya yang tengah berada di salah satu kota di Tiongkok daratan, serta Hong Kong--daerah administrasi khusus milik Tiongkok yang terdiri dari sebuah pulau dan area yang menempel di Tiongkok daratan.
"Jarak antara Hong Kong dan Shenzhen hanya 20 menit. Akan tetapi perbedaannya terasa. Salah satu kota itu menggunakan kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) hampir 100 persen sehingga suasana senyap, tidak berisik. Termasuk Huawei, di sana mereka punya mobil listrik. Teman saya ngamuk-ngamuk, mengapa negara kita belum bisa begini," ujarnya setengah bertanya.
"Tahun ini, EV akan bertumbuh," imbuh Hermawan Kartajaya.
Dari contoh-contoh ini, ia mengungkapkan bahwa antara teknologi, sustainability, probability serta situasi terkini yang perlu didorong menuju kemajuan negeri kita. Ditunjukkannya empat skenario yaitu: Indonesia tidak berubah tetap Indonesia seperti yang kita kenal sekarang, Ibu Kota Negara Nusantara yang masih menjadi utopia untuk diwujudkan bersama, negeri Konoha sebagai skenario tentang masa depan atau future, serta negara Wakanda dengan teknologi tinggi yang tahu-tahu ada.
Semoga kemajuan teknologi kendaraan listrik atau EV akan menjadi bagian dari perjalanan Indonesia menuju masa depan yang disebutkan Hermawan Kartajaya sebagai projecting the uncertainty dengan operational excellence menuju unified berbagai faktor online-offline sehingga membentuk immersive marketing.