Suara.com - Pemerintah Indonesia lewat Presiden RI Joko Widodo mencanangkan Indonesia menuju Net Zero Emission atau NZE 2060. Salah satu cara yang terus dirintis adalah penggunaan kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) untuk menurunkan polusi udara di negeri kita.
Selain itu, sebagai negara yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) mineral nikel--material penting penyusun baterai kendaraan listrik atau EV--Indonesia berupaya mengelola mineral tambang ini, mengupayakan proses hilirisasi, sehingga negara kita bisa memberikan kontribusi kepada dunia serta nasional untuk pengadaan baterai EV.
Kemudian, pengembangan kendaraan listrik di Indonesia semakin masif di masa depan seiring mengalirnya investasi dari pabrikan kendaraan listrik. Hingga awal kuartal keempat 2023, penjualan domestik mobil listrik tercatat mencapai 11.916 unit.
Dikutip dari kantor berita Antara, berdasarkan kajian ERIA, potensi manfaat pada 2040 yang didapatkan Indonesia melalui penghematan impor BBM dengan implementasi mobil listrik jenis Battery Electric Vehicle atau BEV dapat mencapai 15 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dan sepeda motor listrik 10 miliar dolar AS.
Baca Juga: Sematkan Teknologi SHVS, Kendaraan Hybrid Produksi Suzuki Dukung Langkah Pemerintah Menuju NZE 2060
Selain itu, Indonesia juga telah menjajaki potensi hydrogen fuel cell sebagai bagian dari upaya mempromosikan solusi energi berkelanjutan dan bersih tanpa emisi.
Beberapa insentif telah dikeluarkan pemerintah untuk mempercepat implementasi EV di Indonesia, di antaranya insentif bantuan untuk EV roda dua baru dan konversi senilai Rp 7 juta.
Kemudian insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN-DTP) untuk mobil serta bus listrik dengan nilai TKDN minimal 40 persen akan diberikan insentif PPN sebesar 10 persen untuk mobil listrik serta untuk bus listrik dengan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) lebih dari 20-40 persen diberikan insentif PPN (Pajak Pendapatan Negara) sebesar 5 persen.
Dalam seremoni Produksi Perdana Omoda 5 EV di Bekasi, Sabtu (2/12/2023), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa Indonesia siap untuk menjadi produsen EV atau kendaraan listrik di pasar global.
“Pengembangan industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) Indonesia saat ini mendapatkan momentum baik karena didukung kondisi Indonesia yang merupakan produsen bahan mineral logam nikel terbesar di dunia,” papar Airlangga Hartarto.
Baca Juga: Sambut Elektrifikasi di Tanah Air, Ini Kemasan Ban Michelin yang Hadir untuk Indonesia
Sebagai upaya percepatan produksi EV di Indonesia, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengapresiasi komitmen PT Chery Motor Indonesia dan PT Handal Indonesia Motor yang akan merealisasikan produksi EV di Indonesia.
"Dengan produk yang sudah menggunakan local content mencapai 40 persen, kami berharap Chery akan dapat penetrasi ke pasar lebih cepat dengan fasilitasi fiskal dari pemerintah,” jelas Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto.
"Kontribusi ini akan turut bermanfaat dalam pengembangan industri otomotif yang bertransformasi menuju era elektrifikasi dan ekosistem ramah lingkungan," lanjutnya.
Harapan Menko Bidang Perekonomian menyampaikan harapannya bahwa dengan dengan dimulainya produksi perdana mobil Omoda 5 EV ini akan dapat membuat diversifikasi jenis mobil listrik di Indonesia dan memberikan alternatif pilihan yang lebih banyak bagi konsumen.
“Saya juga berharap kepada Chery Indonesia untuk mempertimbangkan produksi mobil listrik di Indonesia sebagai basis ekspor, antara lain untuk pasar Vietnam, Filipina, dan Australia. Ekosistem EV dan baterai sudah lengkap, sehingga Indonesia cukup efisien sebagai produsen EV untuk pasar global. Oleh karena itu, kami tunggu peluncuran produknya, dan investasi lanjutan juga ditunggu pemerintah,” tutupnya.