Transisi Menuju NZE 2060, Hidrogen Masuk Kajian karena Miliki Peluang Besar

Selasa, 28 November 2023 | 20:52 WIB
Transisi Menuju NZE 2060, Hidrogen Masuk Kajian karena Miliki Peluang Besar
Pekerja mengecek tabung yang berisikan hidrogen di Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (20/11/2023). Produksi 199 ton hidrogen per tahun dari PLN akan dimanfaatkan sebagai energi terbarukan untuk mobil listrik [ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Listrik sebagai sumber tenaga kendaraan berbahan bakar non-fossil atau BBM (Bahan Bakar Minyak Bumi) terus diupayakan kecukupannya dalam perjalanan Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Selain mengandalkan sumber daya mineral yang akan dijadikan baterai mobil listrik, salah satu sumber potensial lainnya adalah hidrogen.

Dikutip dari kantor berita Antara, Indonesia memiliki berbagai Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, sehingga mesti ditelusuri dan tidak ada yang ditinggalkan dalam urusan energi baru terbarukan.

Demikian yang dipaparkan DR. Ir. Agus Purwadi MD, Kepala Laboratorium Penelitian Konversi Energi Elektrik Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca Juga: Gelar Seni Instalasi "Charge Up The Future", MG Motor Indonesia Buktikan Komitmen Elektrifikasi

Motor TVS bertenaga hidrogen. (Rideapart)
Motor TVS bertenaga hidrogen. (Rideapart)

Saat ini, pemanfaatan teknologi hidrogen sudah mulai dikembangkan di Indonesia melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Implementasinya adalah pembukaan Hydrogen Refueling Station (HRS) atau stasiun pengisian hidrogen pertama di Indonesia.

Hal itu dilakukan guna meminimalkan penggunaan energi berbasis impor menjadi energi domestik. HRS ini dibentuk agar terjadi perpindahan penggunaan energi fosil ke energi yang bersih dan ramah lingkungan, seperti listrik dan green hydrogen.

Kepala Laboratorium Penelitian Konversi Energi Elektrik Institut Teknologi Bandung (ITB) DR. Ir. Agus Purwadi MD mengatakan bahwa Indonesia harus membuka semua peluang dalam masa transisi menuju Net Zero Emmision (NZE) di 2060.

"Indonesia harus terbuka dengan semua opsi dan hidrogen ini juga perlu untuk dieksplore lebih jauh lagi. Karena peluang kita sangat besar sekali, apa yang tidak kita miliki saat ini? Air kita ada di mana-mana, gas kita punya, batu bara juga kalau diolah terlebih dahulu juga bisa menjadi sumber energi yang lebih ramah," papar DR. Ir. Agus Purwadi MD.

Bus berbahan bakar listrik dalam sel hidrogen yang digunakan di kawasan Ginza, Tokyo, Jepang. Sebagai ilustrasi bus hidrogen [Shutterstock].
Bus hidrogen yang digunakan di kawasan Ginza, Tokyo, Jepang. Sebagai ilustrasi bus hidrogen [Shutterstock].

Dengan membuka semua peluang energi hijau menuju NZE 2060, Indonesia bisa menjadi pemain dalam industri otomotif di masa depan.

Baca Juga: Pengguna Kendaraan Ingin Berpartisipasi dalam Penurunan Kadar Karbon Dioksida? Gunakan BBM RON Tinggi

Sambil membuka semua peluang dan tidak meninggalkan tren saat ini, diharapkan Indonesia tidak akan ketergantungan dengan satu pihak.

"Kalau tren pasar nantinya berubah (tidak di EV lagi), padahal kita punya segala macam, dan tetangga kita sudah eksplor energi lain dan kita belum siap, ya kita akan ketinggalan lagi dan kita jadi penonton lagi. Padahal potensi kita luar biasa," jelas DR. Ir. Agus Purwadi MD.

Menurut laporan dari berbagai sumber, Critical Mineral untuk keperluan baterai dari kendaraan listrik masih terkonsentrasi di Tiongkok. Sehingga banyak negara yang menelusuri energi lain agar tidak ketergantungan pada satu negara.

Oleh karena itu, penggunaan teknologi hidrogen saat ini sudah banyak dimanfaatkan oleh para produsen di berbagai negara. Tidak hanya kendaraan penumpang, penggunaan teknologi hidrogen juga digunakan untuk kendaraan alat berat.

"Untuk kendaraan berat, hidrogen di luar negeri itu sudah mulai dan kalau di sini baru. Kalau hidrogen sendiri, pabrik pupuk Indonesia sudah menggunakannya," tambahnya.

Dengan kehadiran HRS yang di Indonesia harapannya eksplorasi tenaga alternatif semakin gencar. Tidak sebatas mengandalkan lithium dan sumber daya mineral, akan tetapi membuka peluang akan berbagai alternatif bahan bakar energi terbarukan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI