Suara.com - Tanjakan Spongebob di Lembang, Jawa Barat sedang viral setelah beberapa video di media sosial menunjukkan banyak mobil yang gagal menaklukannya jalur curam tersebut.
Sebagian kendaraan yang gagal melewati tanjakan tersebut adalah yang mobil penggerak roda depan. Banyak yang kemudian berkesimpulan bahwa mobil berpenggerak roda depan atau front wheel drive (FWD) tidak cocok untuk melahap tanjakan ekstrem.
Daihatsu, salah satu produsen otomotif yang memiliki jajaran mobil berpenggerak roda depan, mengakui bahwa salah satu sistem FWD adalah tanjakan. Jika pengemudi kurang fasih, maka akan kesulitan di tanjakan.
Terlepas dari itu, berikut adalah beberapa kelebihan mobil penggerak roda depan menurut Daihatsu:
Baca Juga: Implementasi Karbon Netral Menuju NZE 2060, PT Astra Daihatsu Motor Gunakan Panel Surya di Pabriknya
1. Lebih ringan
Mobil penggerak roda depan tidak memiliki gardan, komponen yang berfungsi mengirimkan putaran mesin dari transmisi ke roda penggerak. Pada mobil FWD, ban penggerak langsung terhubung dengan mesin dan transmisi yang posisinya di bagian depan kendaraan.
2. Lebih irit
Karena bobotnya yang ringan, kinerja mesin pada mobil penggerak roda depan tidak terlalu berat sehingga menghemat bahan bakar. Selain itu, karena komponennya yang lebih sedikit, biaya perawatannya juga tentu lebih sedikit dibandingkan mobil penggerak roda belakang.
3. Akselerasi lebih baik
Baca Juga: Daihatsu Pasang Panel Surya di Pabrik Perakitan Karawang Wujudkan Energi Berkelanjutan
Karena jarak mesin dengan penggerak roda yang dekat - dan bisa tersalurkan lebih baik - performa mobil berpenggerak roda depan lebih kencang.
4. Ruang lebih luas
Dibandingkan dengan mobil penggerak roda belakang, ruang pada mobil FWD lebih luas karena komponen bagian belakang mobil lebih sedikit. Mobil penggerak roda belakang biasanya menumpuk komponen seperti propeller shaft dan sistem transmisi di bagian buntut kendaraan.
Dengan empat kelebihan di atas, mobil penggerak roda depan juga punya beberapa kekurangan jika dibandingkan dengan mobil penggerak roda belakang. Berikut kelemahannya:
1. Sulit berbelok (understeer)
Mobil penggerak roda depan cenderung lebih mudah mengalamai understeer karena roda depan, yang berfungsi untuk berbelok, juga bekerja sebagai penggerak utama kendaraan. Alhasil potensi understeer lebih besar.
3. Roda dan drive shaft mudah rusak
Ini bisa terjadi karena jumlah komponen pada bagian depan mobil terlalu banyak. Sehingga terkadang menimbulkan bunyi kencang dari kabin. Serta diakibatkan karena roda terlalu sering selip saat mobil menanjak.
3. Sulit Menanjak
Saat mobil menanjak, maka posisi mobil akan semakin turun ke belakang. Hal tersebut terjadi karena beban akan berpindah ke bagian belakang mobil.
Cara melewati tanjakan dengan mobil penggerak roda depan
Pakar keselamatan berkendara dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu mengatakan mobil penggerak roda depan masih bisa melahap tanjakan ekstrem asal pengemudi tahu cara yang tepat.
"Kalau semua ideal, tanjakan curam, ban ideal, pengemudinya juga tahu semua, enggak ada masalah dengan penggerak depan. Perbedaan tidak signifikan. Apalagi kalau traffic-nya tidak macet, enggak ada masalah," kata Jusri Pulubuhu.
Salah satu syarat utamanya, terang dia, adalah menciptakan dan menjaga momentum gerak mobil sebelum dan selama di tanjakan.
"Secara keseluruhan kalau mobilnya sudah bergerak, sudah ada motion (momentum bergerak sebelum tanjakan) sebenarnya tidak ada masalah untuk penggerak depan atau belakang," lanjut Jusri.
Ia mengatakan saat menanjak, sebaiknya pengemudi jangan memperlambat mobil alias terus menginjak gas.
"Usahakan jangan melakukan perlambatan saat menanjak. Caranya jaga jarak dari jauh, supaya tidak melakukan perlambatan. Kalau terlalu mepet, pasti akan melakukan perlambatan ketika kendaraan di depan melakukan perlambatan atau berhenti. Jaga jarak supaya terus memelihara momentum (pergerakan)," lanjut dia.
Ia mengatakan pergerakan mobil akan menimbulkan momentum, yang pada akhirnya membuat bobot mobil lebih enteng.
"Artinya beban mesin jadi lebih rendah," tegas Jusri.
Sementara menurut pereli Rifat Sungkar, jika yang dilibas adalah tanjakan sekaligus tikungan, maka sebaiknya pengemudi mengambil sudut terluar dan jangan pernah ngotot mengambil tikungan paling dalam yang lebih sempit.
"Sudut terdalam di belokan itu adalah sudut yang tekukannya paling dalam. Sudut yang tekukannya paling tajam otomatis akan membuat mobil lebih susah naik dibanding sudut yang paling luar. Makanya truk-truk yang melewati belokan itu tidak ada yang ngambil bagian yang dalam," beber Rifat.