Suara.com - PT PLN (Persero) saat ini tengah mempersiapkan Hydrogen Refueling Station atau HRS sebagai pilot project di daerah Senayan, Jakarta.
"Ini akan menjadi hydrogen refueling station pertama di Indonesia. Ini juga akan meningkatkan minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan yaitu mobil hidrogen," jelas Edwin Nugraha Putra, Direktur Utama PLN Indonesia Power.
Dikutip dari kantor berita Antara, pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) atau pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN sudah memiliki hydrogen plant dengan electrolyzer.
![Bus hidrogen Toyota. [Nikkei Asian Review]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2016/10/22/o_1avl5fm4bcsc1csk1g1l1v391hbra.jpg)
Peranti ini digunakan untuk memproduksi hidrogen yang digunakan untuk mendinginkan generator pembangkit listrik.
Dari 21 unit hydrogen plant tadi dihasilkan hidrogen 199 ton per tahun. Sayangnya, cuma 75 ton per tahun yang digunakan untuk kebutuhan pendinginan generator pembangkit listrik.
Untuk itu, Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyatakan ada peluang untuk memanfaatkan hidrogen ini sebagai value creation yang bisa memberikan nilai tambah bagi bisnis PT PLN (Persero), sekaligus mendukung transisi energi.
Lantas dilakukan inovasi dari perseroan ini untuk memproduksi hidrogen hijau sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan.
Hasilnya adalah pengembangan rantai pasok green hidrogen di Indonesia. Termasuk HRS yang nantinya akan digunakan untuk pengisian daya FCEV atau Fuel Cell Electric Vehicle.
Kembali kepada kapasitas PLN sebagai produser hidrogen, kekinian mampu memproduksi 199 ton hidrogen hijau.
Hidrogen ini diproduksi melalui 21 green hydrogen plant (GHP) yang tersebar di seluruh Indonesia.