Suara.com - Kaca mata hitam dan senyuman tak lepas dari wajah Agus Jeblok saat ia bercerita tentang truk kesayangannya di Kudus, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
Baginya Canter hitam berkelir kuning itu bukan sekedar kendaraan untuk mendulang rezeki. Truk andalannya itu juga dijadikan medium seni dan tempat harapan dicurahkan.
"Itu memang harapan dan doa, hanya saja kita tuangkan di media truk," kata lelaki 48 tahun itu kepada Suara.com.
Diparkir bersama sekitar 500 Mitsubishi Canter dalam acara Jambore Nasional Canter Mania Indonesia Community (CMIC) akhir Oktober lalu, truk milik Agus memang menarik perhatian ribuan peserta. Meski warnanya tak mencolok, daya tarik truk Agus terletak pada mesinnya yang dihiasi motif batik berwarna emas.
Baca Juga: Mitsubishi Fuso Serahkan Unit Pertama Fuso Canter Edisi Sepsial 60 Tahun
Agus bercerita, mesin Canter-nya diberi ukiran motif batik oleh seniman di Yogyakarta pada 2018 lalu. Ia menghabiskan lebih dari 100 juta untuk membuat ukiran pada mesin tersebut.
Sementara pada kaca depan, terdapat tulisan dalam bahasa Jawa yang berbunyi: kinasih ing manah bedjo ing lampah. Agus mengatakan itu adalah ungkapan doa, serta harapan agar truk kesayangannya itu membawa rezeki.
"Seperti barang yang kita sayangi, kita rawat maka pasti akan membawa berkah serta rezeki dalam perjalanannya," Agus, yang juga pengusaha rental alat berat dan truk, menjelaskan makna tulisan tersebut.
Menurut Agus para pemilik dan pengemudi truk punya pertimbangan serta filosofi macam-macam soal tulisan pada truk mereka. Ada yang hanya iseng hingga berdakwah lewat doa serta ayat-ayat suci.
Dalam acara itu sendiri, Museum Rekor Indonesia memberikan Rekor MURI untuk dai kondang Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah dan CMIC, karena memecahkan rekor truk dengan lukisan Gus Miftah terbanyak.
Baca Juga: Mitsubishi Fuso Pertimbangkan Produksi Truk Listrik eCanter di Indonesia, Asal...
Di balik lukisan di bodi truk itu, jelas Agus, ada biaya yang menguras kantong. Untuk yang pembuatan lukisan menggunakan kuas, pemilik truk bisa menghabiskan hingga di atas Rp 10 juta.
Agus menerangkan tulisan hingga ukiran seperti pada mesin truknya yang bermotif batik emas sama sekali bukan sesuatu yang mubazir.
Seperti sudah disinggung, Agus menghabiskan lebih dari 100 juta untuk membuat Canter andalannya terlihat necis. Tetapi saking cantiknya, mobil itu pernah ditawar warga negara asing di Bali seharga di atas Rp 700 juta. Agus menolak.
"Pemilik truk senang. Dia pakai truknya untuk kerja setiap hari, tapi senang melihat kendaraanya," beber Agus.
Sementara menurut Toni, pengurus CMIC, berbagai dandanan dan modifikasi pada truk komunitasnya sering kali hanya karena kesukaan dan hobi para pemilik atau driver. Meski sebagian besar modifikasi lebih bertujuan untuk meningkatkan fungsi kendaraan dan ujungnya meningkatkan pendapatan.
Tetapi Toni tak menyangkal jika biaya yang dikeluarkan para pemilik truk sangat besar.
"Bahkan ada yang biayanya lebih dari harga truk itu sendiri," kata Toni.
Jamnas ke-10 CMIC itu sendiri digelar pada 28-29 Oktober 2023 lalu dan didukung oleh PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), distributor resmi kendaraan niaga dari Mitsubishi Fuso di Indonesia. Acara itu diikuti oleh lebih dari 500 unit truk dan sekitar 3000 dari hampir seluruh Indonesia.