Suara.com - Toyota Motor Corporation (TMC) menyatakan bakal menggandeng salah satu produsen baterai terbesar di dunia, Contemporary Amperex Technology Co. Limited atau CATL untuk memproduksi baterai di Indonesia.
Dikutip dari kantor berita Antara, Yoshiki Konishi, Presiden dan Executive Chief Engineer Toyota Daihatsu Engineering and Manufacturing Co. Ltd menyatakan rencana ini di Tokyo, Jepang.
"Kami akan bekerja sama dengan CATL yang sudah bangun industri baterai, dan kami akan suplai bukan hanya Toyota, namun industri," jelasnya pada Selasa (24/10/2023).
CATL adalah produsen asal Tiongkok yang berfokus pada pembuatan baterai lithium ion, sistem penyimpanan energi, dan manajemen baterai kendaraan listrik.
Baca Juga: JMS 2023 Pamerkan Jet Darat Takuma Sato, Driver Jepang Pertama Peraih IndyCar Series
Pada 2018, volume penjualan tahunan CATL mencapai 21,18 GWh. Berdasarkan total produksinya, CATL adalah penyedia solusi baterai untuk kendaraan listrik, kendaraan listrik hybrid, dan hybrid plug-in terbesar ketiga di dunia, setelah Panasonic (Sanyo), Jepang, dan BYD, Tiongkok.
Dalam kesempatan terpisah, TMC juga melakukan studi untuk membangun industri baterai untuk kendaraan listrik kategori Battery Electric Vehicle (BEV) di Tanah Air.
"Saat ini masih dalam tahap studi apa saja yang harus direalisasikan, kelayakan, hingga pasarnya," jelas Bob Azam, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) ketika bertemu sejumlah media di Tokyo, Jepang, Rabu (25/10/2023).
Ia memaparkan dalam melokalisasi produksi baterai, setidaknya diperlukan produksi volume sebanyak 100 ribu unit mobil listrik. Sedangkan saat ini, volume produksi EV di Indonesia baru mencapai kisaran 20 ribu hingga 30 ribu unit per tahun.
Karena itu, ia menyatakan Pemerintah perlu memberikan insentif lebih dalam bagi konsumen mobil listrik.
Baca Juga: Daihatsu Tampilkan Vision Copen di JMS 2023, Mampu Hadirkan Nostalgia TMS 1999
"Kalau pasar diberi insentif bisa lebih cepat (lokalisasi produksi baterai), karena harga menjadi terjangkau, tidak mungkin bisa menekan harga EV tanpa melokalisasi komponen elektrifikasi," tandas Bob Azam.
Akan tetapi, mesti belum dapat dipastikan realisasi pembangunan pabrik baterai kapan tepatnya, Bob Azam menyatakan negeri kita memiliki potensi besar. Pasalnya bahan baku baterai melimpah dan ada rekam jejak dalam melokalisasi produksi hingga ekspor.