Suara.com - PT Astra Otoparts Tbk, bagian dari PT Astra International Tbk--sebuah perusahaan nasional yang memiliki 245 anak usaha, antara lain sektor otomotif dan asuransi--mencatat kenaikan laba dalam perolehan pada 2022.
Perolehan ini antara lain kontribusi dari PT Astra Honda Motor (AHM), bergerak di sektor roda dua, sebesar Rp 3,70 triliun, serta PT Astra Daihatsu Motor (ADM), bergerak di sektor kendaraan roda empat passenger car dan commercial vehicle, sebesar Rp 1,68 triliun.
Emiten suku cadang Grup Astra PT Astra Otoparts Tbk (kode saham: AUTO) membukukan laba bersih tumbuh 116,9 persen year on year (yoy) menjadi Rp 1,32 triliun pada 2022, dari sebelumnya Rp 611,34 miliar pada 2021.
Dikutip kantor berita Antara dari laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Rabu (22/3/2023) laba ditopang oleh kinerja pendapatan yang tumbuh 22,62 persen yoy menjadi sebesar Rp18,57 triliun, dari sebelumnya Rp 15,15 triliun pada 2021.
Adapun pendapatan dari pihak ketiga yang mencakup penjualan lokal dan ekspor naik 21,64 persen yoy menjadi Rp 12,01 triliun pada 2022.
Sementara itu, pendapatan dari pihak berelasi tumbuh 24,46 persen yoy menjadi Rp 6,56 triliun pada 2022, dengan kontribusi dari PT AHM sebesar Rp 3,70 triliun dan PT ADM sebesar Rp 1,68 triliun.
Segmen manufaktur komponen otomotif mendominasi penjualan AUTO senilai Rp 10,35 triliun, disusul perdagangan sebesar Rp 8,22 triliun pada 2022.
Namun demikian, pertumbuhan pendapatan diikuti dengan kenaikan beban pokok pendapatan yang tumbuh 19,55 persen yoy menjadi Rp 15,89 triliun pada 2022, dari sebelumnya Rp 13,29 triliun pada 2021.
Dari sisi neraca, AUTO mencatatkan pertumbuhan aset menjadi Rp 18,52 triliun pada Desember 2022, dari sebelumnya Rp 16,94 triliun pada akhir 2021, yang ditopang oleh naiknya kas dan setara kas, piutang usaha, serta persediaan perseroan.
Baca Juga: Hadir di IIMS 2023, Astra Daihatsu Bawakan Tema Memphis dan Suguhkan Empat Unit Display
Di sisi lain, jumlah liabilitas turut meningkat menjadi Rp 5,46 triliun pada akhir 2022, dari sebelumnya Rp 5,10 triliun pada 2021, yang seiring pertumbuhan utang usaha, liabilitas akrual dan provisi, dan liabilitas jangka panjang.
Sementara itu, posisi ekuitas tumbuh dari Rp 11,84 triliun menjadi Rp13,05 triliun pada akhir 2022.