Kendaraan Listrik Jadi Solusi Turunkan Emisi, Pemerintah Bakal Batasi Smelter Tak Berorientasi Produk Energi Hijau

Jum'at, 13 Januari 2023 | 16:48 WIB
Kendaraan Listrik Jadi Solusi Turunkan Emisi, Pemerintah Bakal Batasi Smelter Tak Berorientasi Produk Energi Hijau
Pengolahan bijih nikel di smelter milik PT Vale di Sulawesi Selatan. Sebagai ilustrasi [AFP/Bannu Mazandra].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hingga Desember 2022 pengguna Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) atau Electric Vehicle (EV) masih relatif lebih rendah dibanding kendaraan yang menggunakan Internal Combustion Engine (ICE).

Per Desember 2022 penjualan motor listrik mencapai 15 ribu unit, sementara mobil listrik 8 ribu unit. Angka ini masih jauh dibanding total penjualan kendaraan ICE hingga 6,5 juta unit motor dan 1 juta unit mobil sebagaimana data Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI) dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada 2019.

Dikutip dari kantor berita Antara, pemerintah terus mewujudkan ekosistem kendaraan listrik, karena kendaraan listrik menjadi solusi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan menghemat subsidi BBM yang selama ini membebani APBN.

Wuling Air ev menggendong baterai Lithium-Iron Phosphate (LFP) yang berfungsi menyimpan dan menjadi sumber energi penggerak motor listrik si mobil [Wuling].
Wuling Air ev menggendong baterai Lithium-Iron Phosphate (LFP) yang berfungsi menyimpan dan menjadi sumber energi penggerak motor listrik si mobil. Sebagai ilustrasi baterai mobil listrik  [Wuling].

Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah akan membatasi pembangunan fasilitas pemurnian (smelter) yang tidak berorientasi pada produk energi hijau demi mendorong ekosistem baterai mobil listrik.

Baca Juga: Target Produksi KBLBB pada 2030: 600 Ribu Unit Roda Empat dan 2,45 Juta Unit Roda Dua

"Di masa mendatang, kami akan melakukan pembatasan terhadap pembangunan smelter yang tidak berorientasi pada green energy," jelas Bahlil Lahadalia di kawasan Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (13/1/2023).

Dipaparkannya saat ini sudah banyak smelter yang memproduksi Nikel Pig Iron (NPI) yang masuk dalam kategori pioneer. Cadangan bijih nikel sendiri adalah bahan baku terbatas sehingga penggunaannya diprioritaskan untuk produk dengan nilai tambah lebih tinggi.

"Sekarang lebih mendorong hilirisasi yang nilai tambahnya bisa sampai dengan 80 hingga 100 persen. Itu yang akan kami lakukan," jelas Menteri Investasi.

Dalam rapat terbatas mengenai ekosistem pembangunan mobil listrik dan industri baterai mobil listrik bersama Presiden RI Joko Widodo, Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa saat ekosistem itu sudah mulai berjalan.

Pembangunan pabrik komponen baterai yakni prekursor katoda oleh LG di Batang mulai berjalan pada semester pertama 2024. Perusahaan asal Korea Selatan itu melakukan investasi sebesar 9,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) untuk produksi komponen baterai listrik dari hulu sampai hilir.

Baca Juga: Peralihan Menuju Kendaraan Listrik, Menperin Sebutkan Pemerintah Tengah Menghitung Besaran Insentif

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI