Selain Kendaraan Listrik, Mobil Berbasis Gas Sebaiknya Diberi Insentif

Kamis, 22 Desember 2022 | 08:53 WIB
Selain Kendaraan Listrik, Mobil Berbasis Gas Sebaiknya Diberi Insentif
Bus hidrogen Toyota. [Nikkei Asian Review]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat Energi Iwa Garniwa menyatakan bahwa kendaraan berbasis bahan bakar gas atau BBG perlu mendapatkan insentif seperti kendaraan listrik.

Dikutip dari kantor berita Antara, tujuan pemberian insentif untuk mobil bahan bakar gas atau BBG adalah mendorong optimalisasi target bauran energi di Indonesia.

"Penggunaan energi terbarukan telah menjadi tuntutan global, termasuk di Indonesia. Maka, wajar jika diperlukan insentif untuk merealisasikannya," jelasnya secara tertulis di Jakarta, pada Rabu (21/12/2022).

Purwarupa skuter hidrogen Suzuki Burgman Fuel Cell. [Shutterstock]
Purwarupa skuter hidrogen Suzuki Burgman Fuel Cell. [Shutterstock]

Indonesia perlu memiliki program sendiri yang lebih tepat sasaran dan terukur. Kondisi harus menyesuaikan dengan potensi yang ada di dalam negeri serta mempertimbangkan kemampuan dan daya beli masyarakat.

Baca Juga: Rencana Pemerintah Berikan Subsidi Kendaraan Listrik Mendapatkan Apresiasi Toyota

Menurut Iwa Garniwa, program tepat sasaran dan terukur bertujuan mendukung ketahanan energi nasional dengan kemandirian dan kedaulatan.

Profesor serta Guru Besar Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia ini menyebutkan, menuju penggunaan kendaraan yang sepenuhnya listrik butuh tahapan. Terlebih ada sekitar 24 juta kendaraan roda empat serta sekitar 120 juta sepeda motor berbahan bakar minyak (BBM) yang perlu diperhatikan.

”Ketika kita langsung ke kendaraan listrik, itu semua mau diapakan? Jadi perlu transisi,” terangnya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki berbagai sumber energi ramah lingkungan yang bisa dioptimalkan pada fase transisi terutama BBG yang programnya sudah sempat dijalankan namun belum masif, seperti program pemasangan konverter kit gratis.

Selain pada kendaraan umum dan dinas, program sejenis juga telah dilakukan kepada ribuan nelayan di berbagai daerah.

Baca Juga: Pemerintah Berikan Insentif untuk Kendaraan Listrik, Diharap Indonesia Tidak Dipenuhi Produk Impor

”Saya berpikir ada program yang bagus dari BBM ke BBG. Saya beberapa kali naik taksi di Korea Selatan saja ternyata pakai gas. Jadi, penting untuk tidak semata-mata fokus ke satu program saja,” tandas Iwa Garniwa.

"Padahal (konversi BBM ke BBG) itu sudah bagus. Ini juga penting karena Indonesia perlu tetap berhati-hati mengejar target zero emisi. Kalau BBG dioptimalkan, benefitnya jelas ada bagi negara,” ujarnya.

Dengan begitu, Indonesia tidak semata-mata melakukan konversi kendaraan dari BBM ke listrik yang dianggap ramah lingkungan. Akan tetapi juga mendapatkan manfaat dari optimalisasi sumber daya gas.

”Ketersediaan BBG jelas ada. Apalagi Indonesia eksportir BBG,” imbuhnya.

Iwa Garniwa menambahkan bahwa Indonesia masih butuh optimalisasi energi eksisting lantaran bauran energi belum dilakukan secara optimal.

Ketua Asosiasi Perusahaan Liquid & Compress Natural Gas Indonesia (APLCNGI) Dian Kuncoro mengatakan rencana pemerintah memberikan insentif atas pembelian kendaraan listrik semestinya juga diikuti dengan insentif kepada kendaraan berbasis BBG.

"Penggunaan BBG juga punya tujuan untuk mendorong peralihan pada penggunaan energi bersih dan mengurangi ketergantungan pada BBM. Biaya konversi ke BBG juga lebih terjangkau antara Rp15 juta sampai Rp30 juta dan perawatannya juga jauh lebih mudah,” jelas Dian Kuncoro.

Untuk mendukung langkah transformasi ke BBG tersebut, pemerintah telah merealisasikan pembangunan berbagai infrastruktur seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan Mobile Regasifications Unit (MRU) di berbagai lokasi, khususnya di Jabodetabek.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI