Hasil Investigasi KNKT tentang Penyebab Kecelakaan di Bukit Bego: Pengereman Mengalami Kegagalan

Rabu, 30 November 2022 | 18:18 WIB
Hasil Investigasi KNKT tentang Penyebab Kecelakaan di Bukit Bego: Pengereman Mengalami Kegagalan
Ilustrasi persneling untuk memindahkan gigi atau gear dalam sistem transmisi kendaraan manual (Pexels/Yan Krukov)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyampaikan hasil investigasi atas kecelakaan bus pariwisata di Bukit Bego, Bantul yang terjadi pada 6 Februari 2022.

Dikutip dari kantor berita Antara, dalam kecelakaan bus pariwisata menabrak tebing di Bukit Bego, Imogiri, Bantul, pada Minggu (6/2/2022) mengakibatkan 14 orang meninggal dunia, 4 orang luka berat dan 29 orang luka ringan. Penyebabnya disebutkan KNKT sebagai akibat kegagalan sistem pengereman.

"Jadi faktor penyebab kecelakaan ini adalah saat menghadapi jalan sub-standar, pengemudi menggunakan gigi tinggi sehingga melakukan pengereman panjang berkali-kali dan berdampak pada penurunan angin sistem rem secara cepat," jelas Plt Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan LLAJ KNKT Wildan dalam media rilis secara daring yang dipantau di Jakarta, Rabu (30/11/2022).

Anggota Trail Adventure Bantul IOF 2x1 Rus Susanto menata ban bekas di Bukit Bego, Wukirsari, Imogiri, Bantul, pada Selasa (8/2/2022). (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)
Anggota Trail Adventure Bantul IOF 2x1 Rus Susanto menata ban bekas di Bukit Bego, Wukirsari, Imogiri, Bantul, pada Selasa (8/2/2022). (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

Wildan menjelaskan bahwa pengemudi bus menggunakan gigi tinggi di jalan menurun yang relatif cukup curam sehingga memberikan daya dorong sangat besar kepada kendaraan itu.

Baca Juga: Imbauan kepada Pengguna Jalur Pamulihan Lintas Selatan Garut: Harap Berhati-hati, Kawasan Rawan Longsor Bebatuan

Adapun penggunaan gigi tinggi memaksa pengemudi melakukan pengereman berulang-ulang sehingga bus mengalami tekor angin.

Kondisi ini membuat tenaga pneumatic yang dihasilkan sistem rem tidak mampu memberikan daya dorong kampas menekan tromol.

Ia menyampaikan, jejak pengereman yang terputus-putus dan semakin tipis pada jarak 200 m di lokasi kejadian menunjukkan penurunan tenaga pneumatic itu.

Selain itu, pengemudi mencoba untuk menurunkan ke gigi rendah pada saat kendaraan melaju dengan cukup kencang yang mengakibatkan kegagalan pada sistem transmisi.

"Pengemudi bus dan truk, jangan sekali-sekali menurunkan gigi di jalan menurun. Ketika putaran roda sangat tinggi, kemudian Anda menurunkan gigi maka proporsi putaran mesin dan roda tidak seimbang sehingga akhirnya masuk ke gigi netral," imbau Wildan.

Baca Juga: Etika Berlalu-Lintas Jadi Materi Edukasi Polrestro Jaktim untuk Petugas Gulkarmat

Berdasarkan hasil dan data investigasi KNKT, diketahui bahwa kasus kecelakaan yang disebabkan rem blong rata-rata diakibatkan kecepatan sangat tinggi.

Para pengemudi biasanya mencoba menurunkan gigi sebagai upaya untuk melakukan engine brake, padahal dalam kecepatan tinggi sistem transmisi justru akan berpindah ke gigi netral.

Ia juga menegaskan, tidak ada satupun teknologi otomotif yang mengizinkan pengemudi memindahkan gigi lebih rendah di jalan menurun karena mesin akan hancur.

"Saat akan menurunkan gigi pasti menginjak kopling sehingga daya dorongnya menjadi maksimal. Sistem transmisi pasti akan menolak, kalaupun masuk pasti giginya rompal," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI