Suara.com - Pada Selasa (11/10/2022), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya menggelar seminar "Transisi Energi Baru Terbarukan Menuju Net Zero Emission (NZE) dan Tantangannya" secara daring dan luring. Hadir sebagai salah satu pembicara adalah Bob Azam, Direktur Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).
Dikutip dari kantor berita Antara, Bob Azam mengungkap pentingnya membuat enclave atau lokasi tertentu dalam pengembangan kendaraan ramah lingkungan.
Tujuannya agar pencapaian Net Zero Emission (NZE) atau netralitas karbon yang dicanangkan pemerintah tercapai pada 2060 bisa disampaikan lebih menyeluruh.
Dengan membuat enclave atau lokasi tertentu dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik, seperti di Nusa Dua Bali, bisa berlangsung kegiatan mengedukasi dan mempopulerkan penggunaan kendaraan ramah lingkungan.
Baca Juga: BMW Perkenalkan Motor Listrik CE 04 untuk Pasar Indonesia, Banderol Rp 380 Juta
"Selain itu agar biaya infrastrukturnya tidak terlalu mahal," jelas Bob Azam.
Menurutnya, biaya investasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) cukup tinggi, apalagi tipe fast charging.
Selain itu, dalam pengembangan kendaraan listrik juga dibutuhkan keberanian pemerintah memberi insentif kepada para pembeli kendaraan listrik. Tidak sebatas pajak akan tetapi cashback.
Bob Azam mencontohkan Pemerintah Amerika Serikat memberi cashback pembelian mobil listrik hingga sekitar Rp 100 juta per unit. China dengan cashback hingga Rp 200 juta per unit, dan Thailand antara Rp 25 juta sampai 50 juta per unit.
Baca Juga: Dukung Target Pemerintah Mencapai NZE, BRI Siapkan 30 Hyundai IONIQ dan 50 Motor Listrik GESITS
Sedangkan untuk mendukung netralitas karbon Indonesia, Toyota sebagai pemain otomotif global telah memiliki beragam teknologi ramah lingkungan yang mampu disesuaikan dengan campuran energi (energy mix) sesuai kebijakan negara. Termasuk di antaranya adalah kendaraan hybrid, kendaraan listrik tenaga baterai (BEV), sampai kendaraan tenaga hidrogen. Toyota menyebut kelengkapan produksi bertenaga non-Bahan Bakar Minyak atau non-BBM ini sebagai teknologi multi-pathway.