Suara.com - Hari ini, Jumat (30/9/2022) menjadi pemungkas dari gelaran Indonesia Electric Motor Show atau IEMS 2022 di Jakarta Convention Centre (JCC).
Dari salah satu seminar di acara itu tampil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati.
Dikutip dari kantor berita Antara, I Gusti Ayu Bintang Darmawati menyatakan bahwa kaum perempuan turut berperan dalam transisi energi baru. Termasuk di sektor transportasi seperti akselerasi kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV).
Baca Juga: Kunjungi IEMS 2022, Dr H. Moeldoko Menyorot Komponen Impor untuk Mobil Listrik
"Peningkatan perempuan dalam hal penggunaan (transportasi) cukup tajam. Bukan hanya sebagai penumpang, namun pengemudi. Di sisi lain, tidak ada hal yang tidak bisa perempuan lakukan, baik dari sisi keterlibatan hingga inovasi di sektor transportasi yang lebih bersih seperti kendaraan listrik ini," papar Menteri PPPA setelah menghadiri seminar.
"Perempuan, ketika diberikan kesempatan, pasti bisa melakukannya," tandasnya.
I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengapresiasi upaya semua pihak, baik dari pemerintah, masyarakat, dan swasta untuk bekerja sama mempercepat transisi energi baru terbarukan seperti elektrifikasi di Indonesia.
"Ini (peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil ke listrik) adalah sebuah kebutuhan untuk memerangi pemanasan global, mengingat sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar kedua dari emisi karbon setelah perindustrian," ungkapnya.
Baca Juga: Talkshow IEMS 2022: Penggunaan Kendaraan Listrik Meningkat, Perlu Riset Serius Pengembangan Baterai
Sementara itu, Profesor Riset Bidang Teknologi Proses Elektrokimia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eniya Listiani Dewi berharap bahwa perempuan dapat semakin lebih dilibatkan dalam dunia sains dan teknologi (saintek).
Disebutkannya jumlah perempuan Indonesia yang lulus sebagai seorang sarjana mencapai angka lebih dari 55 persen.
"Angka perempuan Indonesia yang lulus sarjana itu lebih dari 55 persen. Namun, angka itu langsung drop saat mereka bekerja, utamanya di kategori saintek. Perempuan yang bekerja di saintek hanya mencapai kurang lebih 19 persen," jelas Eniya Listiani Dewi.
Dicontohkannya bahwa di BRIN sendiri, dari 14 ribu lebih pegawai, 35 persen dari periset adalah perempuan.
"Kita tentu ingin nilai perempuan di saintek atau STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Maths) semakin naik, dan perempuan harus dihadirkan di dunia teknologi," pungkasnya.