Suara.com - Dalam workshop yang diselenggarakan The International Council on Clean Transportation (ICCT) bersama Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), Chandra Rakhmat, Kepala Departemen Perencanaan dan Standarisasi PT Transjakarta mengungkapkan keinginan perusahaan yang hendak diwujudkan adalah penggunaan bus Transjakarta di seluruh Indonesia.
Dikutip kantor berita Antara dari workshop yang dipantau secara daring, pemerintah DKI Jakarta berusaha menggencarkan penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di berbagai daerah di Indonesia lewat nota kesepahaman (MoU) antara pengelola Transjakarta dan sektor swasta yang menyasar penggunaan lebih dari 10 ribu unit bus Transjakarta pada 2030.
Pemerintah DKI Jakarta sendiri sudah menggunakan kendaraan listrik untuk bus Transjakarta sejumlah 30 unit bus listrik. Kendaraan elektrifikasi ini resmi beroperasi pada Maret 2022.
Baca Juga: Grup Astra Pamerkan Kendaraan Listrik dan Sarana Pengisian Baterai Inovatif di TII G20 Exposition
Chaidir, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta menjelaskan tentang Pergub DKI Jakarta berisi tiga komitmen pembangunan rendah karbon.
Pertama, implementasi 100 bus listrik pada rute Transjakarta sampai akhir 2022. Kedua, mengganti separuh bus Jakarta menjadi armada listrik secara bertahap sampai 2025.
"Ketiga, akan mengganti 100 persen armada Bus Rapid Transit (BRT) dengan bus listrik pada 2030," tandas Chaidir.
Ia menambahkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menandatangani Deklarasi Jalan Bebas Bahan Bakar Fosil C40 pada 2021 dan bergabung bersama 39 kota lainnya dari seluruh dunia untuk mewujudkan mobilitas bersih.
Penetapan jumlah target implementasi bus listrik Transjakarta tidak lepas dari peran lembaga mitra, meliputi KPBB, ICCT, World Research Institute (WRI), dan Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) yang memberi bantuan teknis untuk memastikan keberhasilan adopsi bus listrik Transjakarta.
Baca Juga: Diperlukan Kolaborasi Dalam Membangun Ekosistem Kendaraan Listrik
Transportasi publik sektor swasta juga terlibat dalam percepatan penggunaan kendaraan listrik. Termasuk Bluebird yang menjadi pelopor penggunaan taksi berbasis listrik di Indonesia.
Sejak 2020 dengan 29 armada, kini Bluebird terus menambah armada dengan mesin listriknya sampai 200 unit. Pada 2022, Bluebird menambah investasi Rp 32,5 miliar untuk pengadaan mobil listrik.
Technical Service Manager PT Bluebird, Suratmanto mengatakan mobil listrik Bluebird terbaru tersedia di Jakarta, Bali, dan akan diperluas ke Semarang.
Senior Transport Specialist World Bank, Nupur Gupta mengatakan, strategi mobilitas listrik bisa diintegrasikan dengan sasaran dan tujuan mobilitas perkotaan berkelanjutan. Jangan sampai strategi pengembangan kendaraan listrik dikembangkan sendiri-sendiri dan terpisah.
"Karena kemacetan, keselamatan di jalan dan faktor luar tidak akan terselesaikan," jelas Nupur Gupta.
Energy Specialist Energy Divison Southeast Asia Department, the Asian Development Bank (ADB), Florian Kitt mengatakan, salah satu masalah besar pengembangan kendaraan berbasis listrik adalah biaya.
"Pendanaan akan didukung penuh oleh bank internasional seperi ADB dan World Bank. Kami juga berupaya menggerakkan investor, kita sudah diskusikan itu dengan McKinsey," jelas Florian Kitt.
Untuk mendorong penetrasi kendaraan listrik, pemerintah perlu membuat roadmap di antaranya mengenai jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
"Key point dari peta jalan ini adalah kita melakukan estimasi titik SPKLU dibutuhkan per tahun dengan rasio 10 KLBB: 1 SPKLU," kata Vice President Pengembangan Teknologi PLN, Trihadimasyar.