Suara.com - Transisi menuju kendaraan listrik terus didorong di berbagai negara. Bahkan sejumlah pembuat mobil sudah menetapkan peta jalan untuk tidak lagi memproduksi mobil dengan mesin pembakaran.
Namun demikian, Chief Strategy Officer Raízen SA, Paula Kovarsky mengklaim gencarnya peralihan ke mobil listrik tidak berarti membuat etanol sebagai salah satu alternatif bensin sebagai bahan bakar kendaraan akan mati pula.
Raizen sendiri merupakan salah satu produsen biofuel terbesar di dunia. Kovarsky menjelaskan bahwa di negara-negara produsen biofuel, termasuk etanol, perkembangan kendaraan listrik lebih lambat. Contohnya adalah Brasil dan India.
Negara-negara tersebut lebih memilih menggunakan biofuel untuk mengurangi emisi alih-alih langsung beralih ke kendaraan listrik. Di sana, mobil listrik akan menggunakan sel bahan bakar untuk mengubah etanol menjadi hidrogen, yang pada akhirnya menghasilkan listrik untuk menggerakan mesin.
Baca Juga: Gaikindo: Indonesia Produksi Baterai Mobil Listrik Mulai 2024
"Untuk para produsen mobil, saya membayangkan mobil-mobil listrik yang mereka jual di Eropa akan diganti menjadi mobil sel bahan bakar di Brasil atau India, dan mobil-mobil itu memakai etanol," terang dia.
Nissan, Toyota, dan Volkswagen kini sedang mengembangkan mobil hybrid yang memanfaatkan etanol untuk memproduksi hydrogen di dalam mobil. Hidrogen akan diolah lagi untuk menghasilkan listrik yang menggerakan mobil.
Kovarsky juga menilai etanol punya potensi besar digunakan untuk pesawat atau kapal laut yang tak bisa menggunakan baterai atau energi listrik.