Suara.com - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (GAIKINDO) telah merilis daftar penjualan wholesales mobil di pasar Indonesia, terhitung dari bulan Januari hingga Agustus 2022. Di dalamnya, segmen mobil listrik murni dan hybrid juga turut berkontribusi.
Yang menarik, masyarakat Indonesia ternyata mulai tertarik membeli mobil listrik murni yang berbasis baterai (BEV), daripada mobil hibrida yang menggabungkan elektrifikasi dan BBM, yang mungkin lebih cocok bagi Indonesia yang masih berkenalan dengan teknologi hijau ini.
Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Pasaribu pada Jumat (16/9/2022) mengatakan fenomena tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat yang semakin luas terkait mobil listrik.
"Melalui media internet masyarakat semakin paham bahwa masa depan mobilitas manusia itu ada di kendaraan pure electric, bukan di kendaraan hybrid. Mereka ingin mendapatkan sebuah kebaruan experience, berbagai inovasi teknologi canggih dalam format desain yang benar-benar memiliki kebaruan," kata Yannes seperti dilansir dari Antara.
Baca Juga: Soal Mobil Listrik Jadi Kendaraan Dinas, Ganjar: Saya Mendukung Penuh
"Bagi pembeli, tampaknya kendaraan hybrid cenderung dilihat hanya sekadar varian lain dari kendaraan BBM, bukan kendaraan yang benar-benar baru," ujarnya melanjutkan.
Yannes mengatakan tren pertumbuhan penjualan EV pun turut didukung dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2022 pada tanggal 13 September kemarin yang mewajibkan seluruh instansi menggunakan kendaraan listrik sebagai kendaraan dinas.
"Hal ini membuat masyarakat semakin yakin bahwa kendaraan pure EV lah masa depan kendaraan di Indonesia," kata dia.
Namun, ia berpendapat, walaupun Instruksi Presiden nomor 7 tahun 2022 yang menegaskan penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai bagi seluruh instansi sudah diturunkan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan.
"Pertama, pastikan adanya dukungan finansial yang dapat membuat biaya kepemilikan jadi lebih terjangkau bagi segmen terbesar masyarakat yang memiliki daya beli mobil di kisaran Rp 300 juta tersebut," kata Yannes.
Baca Juga: Produk Elektrifikasi Mitsubishi Xpander Hybrid Sudah Siap, Kapan Meluncur?
"Misalnya dengan mengalihkan sebagian kecil subsidi BBM ke insentif bagi pembeli kendaraan listrik. Hal ini penting jika pemerintah ingin melakukan akselerasi migrasi pembelian masyarakat ke kendaraan listrik secara nasional," imbuhnya.
Selain itu, ia berharap PLN dapat memberikan layanan peningkatan daya secara gratis di rumah-rumah yang pemiliknya membeli kendaraan listrik, baik mobil maupun sepeda motor listrik.
Ketiga, ia menilai pemerintah harus memastikan bahwa kualitas kendaraan listrik yang ada di Indonesia, terutama baterainya, memiliki jaminan keamanan yang tinggi. Lalu, berbagai SNI yang sudah dibuat harus ada penegakan hukumnya yang jelas dan tegas.
"Agar masyarakat tidak menjadi korban dari potensi ledakan dan kebakaran yang dapat ditimbulkan oleh desain baterai yang berkualitas buruk dari pembelian produk baterai impor yang tidak terjamin keamanan dan keselamatannya," ujarnya. [Antara]