Kedua perusahaan asing ini adalah konsorsium yang mengikutsertakan ahli membangun pabrik, katoda, serta baterai kendaraan listrik.
Dalam konsorsium itu, posisi Antam berada di sektor hulu lantaran memiliki ekuitas terbesar dan sumber daya alam berupa nikel. Antam akan menandatangani kontrak usaha patungan atau joint venture agreement (JVA) dengan CBL.
"Kami sebagai pemilik resource tentunya memiliki ekuitas terbesar. Jadi, nanti di dalam JVA, kami memiliki 51 persen dan CBL ataupun LG akan memiliki 49 persen," urai Nico Kanter.
Kemudian, setelah hulu akan masuk ke pembangunan smelter untuk menghasilkan produk turunan yang akan diolah menjadi katoda dan prekursor.
Di dalam kontrak usaha patungan smelter itu, komposisi kepemilikan Antam dan IBC hanya 40 persen dan sisanya 60 persen dimiliki oleh CBL maupun LG.
![Presiden Joko Widodo berbincang tentang baterai mobil listrik [Instagram: @jokowi].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/06/08/42981-baterai-mobil-listrik-dan-presiden-ri-instagram-atjokowi.jpg)
CBL membangun pabriknya di wilayah Halmahera Timur, Maluku Utara, begitu juga dengan LG hanya berbeda lokasi.
Pabrik turunan berikutnya dicanangkan di Batang, Jawa Tengah.
"Kami akan masuk ke dalam industri baterai kendaraan listrik, jadi tidak lagi hanya di stainless steel untuk turunan terakhirnya," pungkas Nico Kanter.