Penjualan Mobil Bekas Jepang di Rusia Meningkat, Tertinggi dalam Satu Dekade Terakhir

Senin, 05 September 2022 | 07:44 WIB
Penjualan Mobil Bekas Jepang di Rusia Meningkat, Tertinggi dalam Satu Dekade Terakhir
Ilustrasi mobil bekas [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada April 2022, pemerintah Jepang memberlakukan larangan ekspor barang mewah ke Rusia sehubungan invasi Rusia ke Ukraina. Termasuk dalam aturan ini adalah kendaraan seharga di atas 6 juta yen atau sekira Rp 640 juta. Akan tetapi, pasar untuk kendaraan bekas tetap dibuka.

Hasilnya, ekspor kendaraan bekas Jepang ke Rusia yang dibebaskan dari sanksi terkait invasi tadi melonjak ke tingkat tertinggi dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Dikutip kantor berita Antara dari Kyodo, OANA, Nilai ekspor kendaraan bekas itu mencapai 19 miliar yen (sekitar Rp2,01 triliun), atau sedikitnya 3,5 kali lebih tinggi dibandingkan pada Maret.

Ilustrasi mobil-mobil bekas (Shutterstock).
Ilustrasi mobil-mobil bekas [Shutterstock].

Pertumbuhan ekspor kendaraan bekas dari Toyama ke Rusia sangat besar, mencapai 13,7 miliar yen pada Juni, yakni naik hampir empat kali lipat dari Maret.

Baca Juga: Partisipasi di Otobursa Tumplek Blek 2022, Suzuki Pamerkan All-New Ertiga Hybrid dan Berikan Harga Khusus

Toyama kemungkinan akan semakin penting karena pelabuhan di prefektur itu adalah tujuan favorit kapal Rusia yang mengisi kekosongan ketika kapal-kapal yang digunakan oleh perusahaan Jepang menghentikan operasi ke Rusia terkait invasi Moskow ke Ukraina.

Keberhasilan Moskow dalam menjaga nilai ruble tetap kuat meski dalam kondisi sanksi ekonomi dari Barat, juga telah meningkatkan permintaan Rusia untuk kendaraan bekas berkualitas tinggi dari Jepang.

Kendaraan bekas dari Jepang itu dapat diekspor asalkan nilainya kurang dari 6 juta yen (sekitar Rp 646,46 juta).

Total ekspor mobil bekas Jepang ke Rusia mencapai rekor tertinggi sejak Januari 2009, menurut data pemerintah.

Baca Juga: Hino Rencanakan Jual Pabriknya di Rusia Terkait Situasi Bisnis Domestik

Prefektur Toyama, yang telah lama menjadi pusat ekspor kendaraan yang melintasi Laut Jepang ke pelabuhan Vladivostok Rusia, telah mengalami lonjakan khusus dalam pengiriman kendaraan bekas.

Menurut data perdagangan dari Kementerian Keuangan, Jepang mengekspor sekitar 17.000 kendaraan bekas ke Rusia pada Juni. Jumlah tersebut adalah hampir setengah dari total ekspor Jepang ke negara tetangganya.

Katsunori Okamoto, profesor geografi manusia di Institut Teknologi Nasional Toyama College yang memiliki pengetahuan tentang bisnis ekspor mobil bekas, mengatakan ekspor kendaraan bekas ke Rusia merosot setelah Moskow menaikkan pajak impor pada Januari 2009.

Efek yang tersisa dari krisis keuangan global 2007-2008 juga menekan permintaan.

Ia menyatakan, karena perusahaan asing pembuat mobil menangguhkan operasi pabriknya di Rusia selama invasi ke Ukraina, masyarakat Rusia tidak dapat membeli kendaraan baru sehingga permintaan kendaraan bekas telah melonjak.

Seorang pejabat di Asosiasi Eksportir Kendaraan Bekas Jepang menyebutkan alasan lain orang Rusia membeli kendaraan bekas Jepang.

"Masyarakat Rusia memiliki sejarah tidak memercayai pemerintah atau mata uang mereka, dan memiliki kecenderungan untuk mengubah uang tunai menjadi apartemen, mobil, atau komoditas lain pada saat krisis," tukas narasumber anonim itu.

Disebutkannya kecil kemungkinan bahwa mobil Jepang, mengingat reputasi keandalannya, akan turun harganya.

"Sulit untuk membayangkan bahwa ekspor kendaraan bekas akan turun tajam dalam waktu dekat, tetapi situasi politik masih sangat tidak stabil," tambah Katsunori Okamoto.

Penjelasannya sanksi pemerintah Jepang sejalan dengan sanksi Uni Eropa dan Amerika Serikat. Jika sanksi terhadap Rusia akhirnya diperketat, Tokyo kemungkinan akan mengikuti langkah mereka itu.

Selain itu, sulit juga untuk meramalkan invasi Rusia ke Ukraina akan berakhir.

"Politik mempengaruhi bisnis. Saya membayangkan bahwa perusahaan yang terlibat dalam perdagangan mobil bekas selalu siap menghadapi perubahan," tambah Katsunori Okamoto.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI