Suara.com - Isu kenaikan BBM bersubsidi menjadi perbincangan publik beberapa waktu terakhir. Namun faktanya ternyata BBM bersubsidi tidak jadi naik.
Padahal beberapa maasyarakat sudah panic buying pada hari Rabu (31/8/2022). Mereka rela mengantre jelang dini hari demi mendapatkan BBM subsidi.
Namun pada akhirnya masyarakat seperti kena prank karena BBM bersubsidi tidak jadi naik. Berikut deretan fakta menarik tentang kehebohan BBM naik.
1. Isu BBM subsidi mengalami kenaikan
Sebelum Pertamina mengumumkan harga BBM non subsidi tetap, ternyata muncul isu dimana terdapat kenaikan.
Bocoran harga BBM subsidi terbaru membuat heboh masyarakat. Pertalite naik dari Rp 7.650/liter menjadi Rp 10.000/liter. Sedangkan, Solar naik menjadi Rp 8.500/liter.
Hal ini pun membuat masyarakat mulai mempersiapkan langkah dengan cara membeli BBM bersubsidi jelang pengumuman pada tanggal 1 September 2022.
2. BBM subsidi tak jadi naik, BBM non subsidi alami perubahan
Mulai 1 September 2022 pukul 00.00 waktu setempat, Pertamina melakukan penyesuaian harga pada BBM non subsidi.
Baca Juga: Kapan Harga BBM Naik? Sttt... yang Pasti Bukan Pekan Ini
BBM nonsubsidi yang mengalami penyesuaian harga, yaitu Pertamax Turbo RON 98) Dexlite (CN 51) dan Pertamina Dex (CN 53).
Berikut ini list kenaikan harga BBM. Perubahan harga terbaru dilakukan oleh Pertamina pada harga BBM Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite. Tiga BBM non subsidi tersebut mengalami penurunan, dengan rincian sebagai berikut:
- Pertamax Turbo, harga sebelumnya Rp 17.900/liter, turun menjadi Rp15.900/liter.
- Dexlite, harga sebelumnya Rp17.800/liter, turun menjadi Rp17.100/liter.
- Pertamina Dex, sebelumnya dijual dalam harga Rp18.900/liter, turun menjadi Rp17.400/liter.
Sedangkan untuk harga BBM subsidi tidak mengalami perubahan alias tetap.
Untuk melihat daftar harga terbaru BBM, silakan klik DI SINI!
3. Perubahan BBM non subsidi tak terlalu berpengaruh kepada pemilik kendaraan non mewah
Perubahan harga BBM non subsidi tentunya tidak terlalu mempengaruhi pemakai kendaraan tidak mewah.
Hal ini dikarenakan tak banyak pemilik kendaraan berkompresi tinggi, sehingga untuk kebutuhan sehari-hari mereka masih menggunakan Pertalite atau Pertamax. Misal pengguna motor dan mobil entry level seperti Honda Beat dan kendaraan LCGC.
Pertamax dengan nilai RON 92 direkomendasikan untuk mesin dengan rasio kompresi 10:1 hingga 11:1. Pada jenis Pertamax Turbo, rekomendasi yang diberikan adalah penggunaan pada mesin dengan rasio kompresi lebih dari 12:1, yang mana kerap terdapat pada kendaraan mewah berperforma tinggi.