Suara.com - Produsen mobil mewah Inggris Aston Martin, melaporkan kerugian lebih besar pada paruh pertama.
Hal ini dilihat dari angka penjualan yang merosot akibat masalah rantai pasokan semikonduktor.
Perusahaan membukukan kerugian sebesar 347,99 juta dolar AS pada Januari - Juni tahun ini.
Kerugian tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, senilai 152,7 juta dolar Singapura, sebagaimana melansir laman Business Times, Sabtu (30/7/2022).
Aston Martin yang baru-baru ini mendapat suntikan dana investasi publik dari Arab Saudi.
Namun, hanya mampu menjual sebanyak 2.676 unit kendaraan di semester pertama.
Sedangkan tahun sebelumnya perusahaan mampu menjual sebanyak 2.901 unit.
Produsen mobil Inggris ini mengharapkan mereka dapat menjual lebih banyak mobil pada paruh kedua 2022 karena beberapa hambatan rantai pasokan mulai dapat teratasi.
Untuk mencapai target tersebut, Aston Martin akan meningkatkan produksi sejumlah model yang memiliki banyak permintaan, seperti DBX707 dan V12 Vantage.
Masalah semikinduktor sebenarnya tidak hanya dialami oleh Aston Martin. Masalah ini melanda hampir seluruh pabrikan otomotif.
Bahkan, salah seorang pejabat senior di Volkswagen mengatakan bahwa masalah kelangkaan semikonduktor masih akan menghantui para produsen otomotif hingga dua tahun ke depan.
Meski banyak pihak mengaku bahwa produksi kendaraan sudah berangsur normal, nyatanya pada tahun ini permasalahan tersebut sudah berada di tingkat struktural.
Walaupun suplai komponen itu pada tahun depan mulai membaik, namun butuh waktu lebih lama supaya memastikan hal itu tidak akan terjadi lagi.