"Kerja sama tiga pihak ini tentunya adalah cara yang kreatif untuk memastikan kebutuhan nikel Ford dan jutaan pelanggan kendaraan listrik Ford bisa terpenuhi," papar Lisa Drake, Wakil Presiden Ford Model e, EV Industrialization.
"Juga selaras dengan yang ingin dicapai Ford dalam setiap prosesnya, yakni senantiasa berkomitmen menjaga lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG, Environmental,Social, Governance) saat ini dan di masa depan," tambahnya.
Sedangkan pihak Huayou, sebagai salah satu penghasil material baterai Li-ion dunia terdepan menyatakan melakukan upaya-upaya yang konsisten dalam menjalankan keseluruhan cakupan industrinya. Yaitu pengelolaan Nikel dan Kobalt untuk menjadi material baterai katoda dengan emisi karbon sangat rendah.
"Kemitraan kami bersama Ford dan PT Vale ini tidak hanya akan menjamin suplai yang stabil dan berkelanjutan untuk pelanggan, juga akan membawa dampak positif pada perkembangan industri EV dan ekonomi Indonesia," George Q. Fang, Executive Vice Chairman, Huayou.
Penyelesaian pembangunan fasilitas HPAL dan mulai beroperasi ditargetkan terwujud pada 2025, yang tentunya bergantung pada negosiasi dan pelaksanaan kesepakatan
definitif.