Volkswagen Sebutkan Pengadaan Baterai Jadi Tantangan Carmaker di Eropa dalam Transisi Menjadi Produsen Mobil Listrik

Sabtu, 02 Juli 2022 | 11:49 WIB
Volkswagen Sebutkan Pengadaan Baterai Jadi Tantangan Carmaker di Eropa dalam Transisi Menjadi Produsen Mobil Listrik
Volkswagen ID.4 sedang melakukan recharging baterai. Sebagai ilustrasi produk listrik Volkswagen bertenaga baterai [Newsroom VW].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Arno Antlitz, Chief Financial Officer Volkswagen menyatakan bahwa tantangan sebenarnya dari carmaker di Eropa dalam masa transisi produksi mobil mesin internal atau Internal Combustion Engine (ICE) ke Electric Vehicle (EV) atau kendaraan listrik adalah produksi dan rantai pasok baterai yang cukup.

Dikutip kantor berita Antara dari Reuters, sumber pemberi daya pada kendaraan ini mesti diperhatikan pengadaannya.

"Ini adalah tujuan yang menantang. Kami pikir bisa dilakukan. Topik yang paling menantang bukanlah memperbanyak pabrik mobil. Namun meningkatkan rantai pasokan baterai," jelas Arno Antlitz.

All-electric VW ID BUZZ atau VW Combi elektrik [Volkswagen via ANTARA]
All-electric VW ID BUZZ atau VW Combi elektrik [Volkswagen via ANTARA]

Kebutuhan akan baterai mobil listrik ini sehubungan dengan pengadaan kendaraan terelektrifikasi. Uni Eropa atau European Union (EU) sepakat menghapus mobil bermesin pembakaran kurun 12 tahun demi memerangi perubahan iklim.

Baca Juga: Carlos Tavares Perkirakan Dua Tahun Mendatang Bisa Terjadi Krisis Baterai Kendaraan Listrik

Uni Eropa juga mengharuskan mobil baru yang dijual di negara-negara anggotanya mengeluarkan nol CO2 mulai 2035. Dengan demikian, kebijakan ini akan membuat perusahaan otomotif untuk tidak mungkin menjual mobil bermesin pembakaran ICE.

Komisi Eropa pertama kali mengusulkan kebijakan ini pada musim panas lalu, yang bertujuan untuk memangkas emisi pemanasan planet dekade sekarang. Terdapat kemungkinan proposal itu akan menjadi undang-undang Uni Eropa.

Volkswagen menyatakan akan berhenti menjual mobil bermesin pembakaran di wilayah Uni Eropa sesuai tanggal target.

Beberapa pembuat mobil yang tertinggal jauh dalam adu cepat mengembangkan kendaraan listrik seperti Toyota, mungkin kesulitan untuk memenuhinya. Dan carmaker Jepang menolak permintaan komentar Reuters.

Ditinjau dari penyediaan "bahan bakar" mobil listrik yaitu baterai, para carmaker besar berlomba mendapatkan pasokan komponen ini.

Baca Juga: Stephan Winkelmann Sebutkan Investasi Terbesar dalam Sejarah Lamborghini

Namun mesti dicatat, masalah lebih besar menanti. Yaitu pengadaan bahan baku baterai mobil listrik.

Kegagalan untuk mendapatkan pasokan lithium, nikel, mangan, atau kobalt yang memadai dapat memperlambat peralihan pembuatan mobil ICE ke EV. Sehingga harga mobil listrik lebih mahal dan mengancam margin keuntungan pembuat mobil.

Kesepakatan Uni Eropa di Luksemburg dicapai setelah lebih dari 16 jam negosiasi, dengan Italia, Slovakia, dan negara-negara lain menginginkan penghentian itu ditunda hingga 2040.

Negara-negara akhirnya mendukung kompromi yang mempertahankan target 2035 dan meminta Brussel untuk menilai pada 2026 apakah kendaraan hybrid dapat memenuhi tujuan ini.

Proposal 2035 dirancang agar, secara teori, semua jenis teknologi mobil seperti hybrid atau mobil yang menggunakan bahan bakar berkelanjutan dapat mematuhinya, selama mobil tidak memiliki emisi karbon dioksida.

Tinjauan Komisi 2026 akan menilai kemajuan teknologi yang telah dibuat dalam mobil hybrid untuk melihat apakah tujuan pada 2035 bisa dicapai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI