Suara.com - Dalam acara daring S20 High Level Policy International Webinar on Applying Science and Technology for Clean Air and Climate Co-benefits di Jakarta, Kamis (30/6/2022) seorang pakar mengungkapkan pengukuran emisi kendaraan bermotor bisa menggunakan penginderaan jauh.
Dikutip dari kantor berita Antara, Profesor Puji Lestari, Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan penginderaan jauh atau indraja dapat digunakan untuk mengukur emisi yang dikeluarkan kendaraan pada sektor transportasi.
"Data penginderaan jauh dapat digunakan untuk memberikan informasi yang signifikan kepada pengambil kebijakan dalam mengurangi pencemaran udara dan emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi," ungkap Profesor Puji Lestari.
Penginderaan jauh atau indraja atau remote sensing mampu mengumpulkan data dalam 0,5 detik sehingga dapat diandalkan dan cepat.
Baca Juga: Sah! PT AHM Antarkan New Honda ADV 160 ke Pasar Nasional
Data yang diperoleh, antara lain terkait dengan konsentrasi polutan dalam asap knalpot kendaraan, kecepatan dan akselerasi kendaraan, kondisi pengukuran yang biasanya mencakup suhu lingkungan, tekanan, dan kelembapan relatif.
Data penginderaan jauh juga dapat memberikan informasi tentang nomor pelat kendaraan yang digunakan untuk memperoleh informasi teknis, seperti jenis, merek, jenis bahan bakar, dan standar emisi.
Dengan hasil pengukuran emisi pada kendaraan itu, diharapkan dapat mendukung pengambilan keputusan guna meningkatkan kualitas udara.
Profesor Puji Lestari menyatakan bahwa salah satu sektor utama yang berkontribusi terhadap pencemaran udara di perkotaan adalah transportasi. Sementara saat ini masih terbatas data emisi kendaraan.
Baca Juga: Terdakwa Pengemudi Truk Trailer Maut Pembawa Migran di Texas Diduga Pakai Narkoba
Padahal, data ini penting untuk mengetahui tingkat dan sumber pencemaran sehingga bisa mendukung pengambilan kebijakan untuk mengurangi pencemaran udara. Data emisi kendaraan juga menjadi bagian penting untuk merujuk pada kualitas udara.
Ketersediaan data yang memadai dan dapat diandalkan akan mendukung pengambilan keputusan tepat berbasis sains. Data ini penting untuk mengembangkan kebijakan yang baik tentang kualitas udara dan pengurangan emisi gas rumah kaca.