Suara.com - Industri pasar mobil bekas atau mobkas menjadi salah satu sektor yang terus bangkit di masa pandemi COVID-19. Produk second hand atau tangan kedua menjadi salah satu pertimbangan bagi masyarakat yang saat itu ingin mencari kendaraan pribadi untuk menunjang mobilitas.
Harganya yang lebih terjangkau dibandingkan kendaraan baru tentunya menjadi faktor utama. Kemudian materi sebagai mobkas yang kondisinya tidak jelek berdasar riwayat perawatan oleh pemilik sebelumnya.
Nah, salah satu hal yang menentukan harga jual dari sebuah mobil bekas adalah jarak tempuh.
Semakin sedikit jarak tempuhnya, bisa semakin mahal harganya. Sebaliknya, apabila jarak tempuhnya tinggi maka kemungkinan besar harganya juga lebih tinggi.
Lifepal, insurance marketplace terdepan di Tanah Air membagikan 4 dampak yang perlu diperhatikan dari mobil bekas dengan kilometer (km) tinggi:
Turun mesin
Salah satu risiko pertama dari mobil dengan km tinggi adalah kerusakan turun mesin atau overhaul. Perbaikan mobil sangat dihindari pemilik mobil. Diambil dari berbagai sumber, biasanya kerusakan turun mesin dapat terjadi pada interval 150.000 km.

Perlu diketahui bahwa perbaikannya memakan biaya yang tidak sedikit. Kisaran anggaran yang harus disiapkan bila kendaraan turun mesin antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta, atau bahkan lebih.
Baca Juga: BMW Indonesia Resmikan Luminary Used Car, Tersedia Produk Second Hand Bersertifikat
Interior memudar