Suara.com - Toyota memberikan jawaban atas kritikan yang menilai perusahaan otomotif asal Jepang itu lamban dalam mengadopsi mobil listrik.
Toyota mengatakan bahwa mereka perlu menawarkan berbagai macam pilihan mobil untuk pasar dan pelanggan yang berbeda. Namun akan tetap menghadirkan teknologi terbaru termasuk kendaraan sel bahan bakar dan hybrid.
"Pelanggan harus memilih untuk mempopulerkan mobil listrik yang mencakup plug-in hybrid. Konsumen harus memiliki berbagai pilihan yang tersedia dan pembuat mobil tidak boleh mempersempitnya," kata Masahiko Maeda, Chief Technology Officer Toyota, dikutip dari Insideevs.
Komentar yang dilontarkan Toyota turut memberikan jawaban terhadap Denmark Akademiker Pension yang meminta Toyota untuk tidak melakukan lobi guna menghambat transisi menuju kendaraan listrik.
Baca Juga: Miliki Posisi Unik di Sektor Pasar Mobil Listrik, Polestar Bakal Rilis SUV Perdana
Toyota sempat berpendapat bila teknologi hybrid masih menjadi kendaraan elektrifikasi paling masuk akal untuk saat ini. Alasannya infrastruktur yang ada belum siap untuk melakukan transisi ke kendaraan listrik.
Pendekatan pragmatis Toyota terhadap dekarbonisasi bertentangan dengan seruan kelompok lingkungan untuk segera beralih ke emisi yang lebih bersih.
Sebelumnya Toyota dikabarkan diam-diam telah melobi pemerintah Amerika Serikat untuk memperlambat proses peralihan ke kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV).
Menurut The New York Times, petinggi Toyota telah bertemu dengan para pemimpin kongres secara tertutup. Tujuannya untuk mengadvokasi rencana pemerintahan Presiden Joe Biden, yang menghabiskan miliaran dolar Amerika Serikat (AS) untuk mendorong peralihan ke EV.
Baca Juga: Bos Ford Motor Company: Pengisian Daya Masih Jadi Masalah Utama Mengadopsi Mobil Listrik
"Toyota masih tertinggal dalam melakukan transisi ke EV. Selain itu, perusahaan juga menentang kebijakan ramah lingkungan atau kendaraan listrik melalui kelompok lobi utama industri otomotif yang berbasis di Washington D.C, Alliance for Automotive Innovation," demikian disebutkan The New York Times.
Upaya Toyota di belakang layar untuk memperlambat momentum kebijakan ramah EV memang cukup mengejutkan, mengingat statusnya sebagai salah satu pelopor transportasi bertenaga baterai. Dengan dirilisnya Toyota Prius pada 1997, perusahaan membantu membuka jalan bagi Tesla dan lainnya dengan membuktikan bahwa kendaraan dengan powertrain alternatif bisa sangat populer.