Suara.com - Ribuan sopir truk di Korea Selatan melakukan aksi mogok sejak sepekan lalu. Tuntutannya adalah tambahan upah di tengah kenaikan harga bahan bakar.
Dikutip dari kantor berita Antara, aksi itu mengganggu proses produksi, memperlambat pengiriman dan menimbulkan risiko baru pada rantai pasokan global.
Di sektor otomotif, inilah dampak yang terjadi:
Pabrik terbesar Hyundai Motor Company di Ulsan mencatat penurunan produksi hingga sekitar 60 persen pada Jumat (10/6/2022) karena kekurangan komponen. Demikian menurut pengurus serikat di perusahaan itu.
Baca Juga: Nio Siapkan Baterai Mobil Listrik Sendiri Mulai 2024
Pabrik beroperasi ekstra selama akhir pekan untuk mengejar pesanan.
Pabrik di Ulsan memproduksi sekitar 6.000 unit kendaraan per hari.
Aksi mogok telah membuat Hyundai merugi sekitar 4.000-5.000 unit senilai 235 miliar won (Rp 2,67 triliun) hingga pekan lalu.
Ratusan pengemudi truk berunjuk rasa di depan pabrik Hyundai di Ulsan pada akhir pekan tetapi tidak memblokade kendaraan yang keluar-masuk, kata seorang saksi.
Sementara itu karyawan Kia Corporation mengirim mobil yang baru dirakit untuk memenuhi pesanan, kata sejumlah pelanggan.
Baca Juga: Renault Korea Bakal Luncurkan Mobil Listrik Perdana di 2026
Hankook Tire & Technology Co Ltd, pemasok ban bagi raksasa otomotif seperti Volkswagen AG dan Mercedes-Benz Group AG, mencatat penurunan pengiriman harian hingga sekitar 50 persen dari normal, kata juru bicaranya.