Suara.com - Melonjaknya harga gas dunia diperkirakan akan turut membuat lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM) di akhir tahun.
Kepala strategi Komoditas dari Goldman Sachs, Jeff Currie mengatakan bahwa salah satu masalah utama terkait dengan harga gas yang tinggi bukanlah pertikaian antar negara, juga bukan produksi minyak yang rendah.
"Lonjakan besar harga tetap sangat mungkin terjadi musim panas ini ketika permintaan secara musiman mencapai puncaknya," kata Jeff Currie, dikutip dari Business Insider.
Sebaliknya, sebagian besar krisis berasal dari kurangnya kapasitas penyulingan atau kemampuan untuk mengubah minyak mentah menjadi bensin dan solar.
Baca Juga: Kunjungi Batang, Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Negara Mengandalkan Mobil Listrik Genesis
Faktanya, analisis secara khusus mengatakan bahwa ada kekurangan penyulingan yang belum pernah terjadi seperti saat ini.
"Apa yang tampak seperti krisis bahan bakar baru mendorong tindakan dari seluruh sistem termasuk negara bagian yang menangguhkan pajak bahan bakar," ujar Jeff Currie.
Goldman Sachs memperkirakan, harga rata-rata untuk satu barel minyak akan mencapai sekitar 140 dolar Amerika Serikat (AS) akhir tahun ini. Bagi konsumen kenaikan akan terasa seperti 160 dolar AS.
Dengan demikian akan terjadi peningkatan sekitar 34,45 persen dari biaya harga sebelumnya yaitu 119 dolar AS.
Baca Juga: All-New Renault Kangoo EV dan New Renault Master E-TECH, Duo Mobil Listrik Komersial Resmi Meluncur