Suara.com - Pembuat mobil asal Jepang, Toyota memprediksi tahun ini akan terjadi penurunan laba sebesar 20 persen dampak kenaikan biaya bahan baku.
Pada Rabu, (11/5) Toyota melaporkan penurunan sebesar 33 persen dalam laba operasi kuartal keempat dan penurunan saham sebesar 5 persen.
Chief Financial Officer Toyota, Kenta Kon, mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk mengatasi inflasi material.
Karena bahan mentah semakin langka, mereka menjadi lebih mahal sehingga memaksa pembuat mobil menaikkan harga satuan persediaan.
Baca Juga: Sistem Pengisian Daya Toyota bZ4X Bermasalah di Cuaca Dingin
"Ini juga menyebabkan masalah rantai pasokan, yang semakin memperburuk situasi industri otomotif dengan permintaan yang meningkat untuk mobil baru," ungkapnya, dikutip dari Autoevolution, Kamis (12/5/2022).
Lebih lanjut, Kenta Kon merasa ada kebutuhan untuk mengurangi sebagian besar bahan yang digunakan dan menggantinya dengan alternatif yang lebih murah.
Sebagai pembanding, pada bulan Januari, harga rata-rata kendaraan baru di Amerika Serikat adalah $46.404 atau setara Rp6 76 juta.
Dengan kenaikan harga bahan baku, harga mobil baru diperkirakan akan mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.
Hal ini kemudian memaksa lebih banyak konsumen untuk mempertahankan mobil lama mereka.
Baca Juga: Harga Toyota Gazoo Racing di Indonesia: dari Agya GR hingga Fortuner GR Lengkap
Toyota sendiri berencana menjual lebih dari 8 juta unit di seluruh dunia tahun ini.
Perusahaan juga menargetkan untuk menawarkan seluruh produknya dengan tenaga listrik pada 2030.