Suara.com - Untuk tahun fiskal sekarang, Toyota Motor Corporation memperkirakan laba operasi akan turun sekitar 20 persen menjadi 2,4 triliun yen atau sekitar Rp 268 triliun. Demikian dikutip kantor berita Antara dari Reuters pada Rabu (11/5/2022).
Sementara itu, analisis memperkirakan pendapatan akan naik 12 persen menjadi 3,36 yen atau sekitar Rp 376 triliun.
Toyota Motor memperingatkan bahwa kenaikan biaya bahan baku dapat memotong seperlima dari laba setahun penuh.
Salah satu raksasa otomotif Jepang ini juga mencatatkan adanya penurunan 33 persen pada laba operasi kuartal keempat dan sahamnya merosot lebih dari 5 persen pada Rabu, sebelum ditutup turun lebih dari 4 persen, penurunan terbesar perusahaan dalam dua bulan terakhir.
Baca Juga: Tesla Gigafactory Shanghai Ekspor Mobil Listrik ke Slovenia
Dengan demikian, kini Toyota tidak bisa lagi mengabaikan krisis rantai pasokan yang telah mengguncang industri. Diketahui bahwa pada awal-awal krisis semikonduktor global, Toyota memiliki nasib baik berkat persediaan chip semikonduktor yang lebih besar.
Namun, kini perusahaan juga harus memangkas produksi karena krisis yang berkepanjangan dan pembatasan wilayah akibat COVID-19 di China.
Toyota mengatakan pihaknya memprediksi bahwa biaya bahan baku menjadi lebih dari dua kali lipat pada tahun fiskal yang dimulai pada April. Untuk itu, mereka berharap dapat hal itu dapat diatasi dengan beralih ke bahan yang biayanya lebih rendah.
"Karena harga bahan naik, kami perlu bekerja untuk mengurangi jumlah bahan yang kami gunakan sebanyak mungkin dan menggantinya dengan bahan yang lebih murah," papar Kenta Jon, Kepala Keuangan Toyota.
Toyota pun berharap dapat menjual 8,85 juta kendaraan secara global pada tahun fiskal ini. Jumlah tersebut naik 7,5 persen dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga: Untuk Sementara, BMW Produksi Mobil Baru Tanpa Fitur Android Auto dan Apple CarPlay
Namun, biaya bahan baku yang melonjak, gangguan pada rantai pasokan, dan pembatasan akibat COVID-19 di China telah membuat laba menjadi melemah.
Toyota sendiri telah memangkas target produksi global hingga 50 ribu kendaraan untuk Mei 2022 karena berencana akan menangguhkan beberapa operasi sampai 6 hari karena lockdown COVID-19 di China.