Harga Selangit Masih Jadi Tantangan Utama Industri Mobil Listrik Indonesia

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 20 April 2022 | 22:47 WIB
Harga Selangit Masih Jadi Tantangan Utama Industri Mobil Listrik Indonesia
Mobil listrik Hyundai IONIQ 5 tampil di Indonesia International Motor Show atau IIMS Hybrid 2022 [Suara.com/Manuel Jeghesta Nainggolan].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai harga jual yang mahal masih menjadi tantangan utama dalam pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia.

"Kalau dari segi harga, mobil listrik termasuk mahal dan separuhnya disumbang dari komponen baterai. Ini tantangan utama, karena tidak mudah dalam periode tertentu (konsumen) harus ganti baterai," kata Tauhid dalam Diskusi Publik "Pengembangan Mobil Listrik Berbasis Baterai (Electric Vehicle/EV) di Indonesia" yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.

Ia juga menekankan tantangan tersebut pun akan merembet pada masalah perkembangan industri baterai kendaraan listrik, termasuk soal daur ulang (recycle) dan penggantian baterai (melalui Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum/SPBKLU).

Tauhid menuturkan, jika dilihat perkembangan pasar saat ini, harga mobil listrik di Indonesia masih mahal dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar fosil.

Baca Juga: Era Mobil Listrik, Hyundai Sebutkan Tidak Lagi Perlu Grille

"Hyundai misalnya, harga mobil listriknya sekitar Rp 600 jutaan, dibandingkan Honda Civic, Toyota Camry atau Mazda 3 yang konvensional, masih lebih mahal mobil listrik. Ini tantangan serius ketika kita membangun industri ini lebih jauh di Indonesia," katanya.

Senada, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan meski adopsi kendaraan listrik sudah didukung dengan banyak peraturan dari pemerintah, minat penggunaan kendaraan listrik akhirnya ditentukan oleh daya beli masyarakat itu sendiri.

"Dari sisi pabrikan, apa ada kecenderungan menolak atau enggan memperkenalkan? Sebetulnya dari anggota OEM, siap semua dengan produknya, tapi balik lagi ke daya beli masyarakat kita yang masih belum menerima," klaim Kukuh.

Data Gaikindo menyebutkan bahwa 70 persen konsumen kendaraan roda empat lebih memilih jenis kendaraan di bawah harga Rp300 jutaan. Sementara itu kendaraan-kendaraan listrik, termasuk tipe hybrid, harganya berkisar antara Rp600 juta hingga Rp700 juta.

"Bahkan ada yang di atas Rp1 miliar. Itu dari data kami, kurang dari 1 persen konsumennya yang selama ini beli," katanya.

Baca Juga: Mahalnya Harga Baterai Mobil Listrik Dinilai Turut Berdampak Terhadap Minat Konsumen

Selain daya beli konsumen, Kukuh menilai adopsi peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik tentu juga membutuhkan waktu. Belum lagi isu soal penggunaan, pengisian baterai, lokasi pengisian baterai dan lain sebagainya.

Kepala Bagian Promosi Kementerian Investasi/BKPM Andria Buchara mengungkapkan, meski pemerintah telah memberikan sejumlah insentif, namun investor kendaraan listrik banyak pula yang meminta subsidi bagi konsumen. Hal itu dilakukan agar harga jual ke konsumen bisa ditekan.

"Selama ini yang kita (pemerintah) lakukan adalah memberikan insentif dari sisi produsen, melalui tax holiday dan lainnya. Tapi memang insentif di sisi customer memang sangat diperlukan mengingat teknologinya relatif mahal," kata Andria. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI