Suara.com - PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) mengatakan bahwa naiknya harga pertamax, BBM dengan RON 92 dari Pertamina, tidak akan berpengaruh terhadap penjualan sepeda motor di Indonesia.
"Menurut saya tidak akan berpengaruh besar. Karena konsumen masih memiliki pilihan dalam penggunaan bahan bakar yang ada saat ini," ujar Antonius Widiantoro, Manager Public Relations, YRA and Community PT YIMM, saat dihubungi Suara.com, Jumat (1/4/2020).
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Anton ini mengatakan, pengguna sepeda motor saat ini juga sudah lebih peduli terhadap pilihan BBM.
"Konsumen juga saat ini sudah semakin aware dalam hal pemilihan bahan bakar dan penggunaan bahan bakar yang sesuai dengan spek kendaraan mereka. Karena berpengaruh terhadap performa kendaraan tetap optimal," papar Anton.
Baca Juga: Harga Pertamax Naik Rp 12.500, Energy Watch Nilai Tidak Ada Perpindahan Konsumen ke Pertalite
Yamaha, seperti produsen motor lain di Indonesia, selama ini selalu merekomendasikan penggunaan BBM RON 92 untuk kendaraan roda dua tunggangannya di Tanah Air. BBM RON 92 disebut membuat performa mesin lebih maksimal dan menjaga motor lebih awet.
Beberapa produsen mobil di Indonesia, menanggapi naiknya harga pertamax, mengatakan masih akan melihat pengaruh kebijakan tersebut terhadap penjualan mobil di Nusantara.
Toyota misalnya mengatakan bahwa naiknya harga pertamax mengikuti tren harga komoditas dunia. Meski ada efek negatif, Toyota melihat kenaikan harga komoditas akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkatkan pendapatan dari ekspor.
Sementara Honda menilai bahwa dampak kenaikan harga pertamax terhadap penjualan mobil masih harus dipantau.
Sebelumnya Pertamina, pada Kamis (31/3/2022) mengumumkan bahwa harga pertamax naik menjadi Rp 12.500 mulai 1 April 2022. Sebelumnya pertamax dijual senilai Rp 9000 saja di Tanah Air.
Baca Juga: Pertamax Naik Jadi Rp12.500, Tatang: Mau Protes ke Mana Lagi
Harga pertamax naik karena berbagai faktor. Salah satu yang utama adalah naiknya harga minyak dunia yang disebabkan oleh perang Rusia - Ukraina yang sudah berlangsung selama sekitar satu bulan.