Suara.com - Tepat sepekan lalu, Minggu (20/3/2022) kondisi macet total terjadi di jalan raya keluar Sirkuit Mandalika. Usai balap MotoGP yang dipentaskan sebanyak 20 lap dalam kondisi wet race, kondisi macet besar-besaran terjadi.
Uniknya, hampir 75 km dari venue itu, ada lokasi yang mengalami kemacetan walau tidak sampai total. Dan situasi ini--berkebalikan dengan kondisi seputar Sirkuit Mandalika--justru diharapkan.
Pasalnya menjadi semacam penanda berdenyutnya kembali Pantai Senggigi, yang dahulu menjadi primadona di pesisir barat Pulau Lombok.
Baca Juga: Side Trip MotoGP Mandalika 2022: Menyusuri Pantai Senggigi Bersama The New BMW M3 Competition
Pemandangan macet terjadi di hari-hari bertepatan saat Free Practice 3 dan 4, Qualy (19/3/2022), serta Race Day MotoGP Mandalika 2022 (20/3/2022).
Mulai Jalan Saleh Sungkar setelah Pelabuhan Lama Ampenan, menuju jembatan Sungai Meninting yang kerap disebut JTS (jembatan tinggi sebelah, sebuah julukan yang diberikan warga setempat), terus ke kawasan wisata Batu Layar, Batu Bolong, Senggigi, Pantai Malimbu (kerap disebut Malibu), hingga Kerandangan ke arah Pantai Sira dan Medana terjadi situasi lalu lintas padat merayap hingga terhenti.
Bus pariwisata tampak mendominasi, mulai dimensi medium (kapasitas 25-31 kursi) sampai besar (40-59 kursi). Selain itu, juga ada kendaraan pribadi dan sewa, sampai sepeda motor yang memiliki pelat nomor DR (Pulau Lombok) sampai DK (Pulau Bali).
Seperti disebutkan Syarifuddin, salah satu driver shuttle bus di venue Sirkuit Mandalika, bus-bus pariwisata didatangkan dari Jawa dan Bali untuk mendukung pergelaran MotoGP Mandalika 2022.
Baca Juga: Long March 5 Km, Macet Total, dan Bantuan Polantas Jadi Pemungkas MotoGP Mandalika 2022
"Kami yang di Jawa Timur bersama bus diberangkatkan dari Banyuwangi, menggunakan ferry, perjalanan laut hanya 10 jam tanpa mampir Bali," ungkap lelaki asal Tanjung Perak, Surabaya.
Bus-bus dari Jawa dan Bali tadi difungsikan sebagai shuttle bus, serta bus pengangkut penonton dari penginapan yang tersebar di Lombok, mulai Senggigi hingga gugusan pulau-pulau kecil, seperti Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan. Khusus untuk yang bermalam di pulau, pick up dan drop off dilakukan di pelabuhan Teluk Nare, Kecamatan Pemenang.
Kembali ke soal kemacetan di kawasan Senggigi, bus-bus berhenti sementara di restoran, sampai lokasi belanja oleh-oleh seperti Lombok Exotic dan Bayan Lombok.
Sementara parkir dalam jangka waktu lama atau pengantaran dan penjemputan bisa disimak jajaran bus di halaman berbagai penginapan. Di dekat tempat tim jurnalis PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), deretan bus penjemput penonton MotoGP Mandalika 2022 antara lain berjajar di halaman hingga tepi jalan menuju Sheraton Hotel Senggigi. Dengan nomor Bus 1 hingga Bus 10 bahkan mungkin lebih.
Kemacetan ini juga tak ubahnya denyut wisata berpendar kembali di kawasan Senggigi meski untuk sementara waktu.
Seperti disebutkan Bro Sonny, local guide tim jurnalis Suzuki, situasi kawasan Senggigi yang berubah suram terjadi sejak bandara Selaparang di Mataram pindah ke BIZAM atau Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid.
"Kemudian terjadi gempa Lombok pada 2018, dan kekinian masa pandemi COVID-19," papar Bro Sonny kepada Suara.com, sembari menyatakan sebanyak 2.000 kamar di kawasan wisata yang dahulu menjadi primadona ini terjual habis.
"Ada juga beberapa penginapan tidak bisa melayani pengadaan kamar 100 persen dari jumlah yang ada, karena saat pandemi kawasan Senggigi semakin sepi dibandingkan kondisi gempa dahulu. Para karyawan hotel tidak sedikit yang mencari rezeki di tempat lain. Ketika pihak hotel memanggil kembali, mantan pekerja sudah mendapatkan penghidupan baru," tandasnya.
Selain kemacetan di malam hari sepulang penonton dari sirkuit, pemandangan padat merayap di kawasan Senggigi juga bisa dijumpai. Yaitu karena adanya side trip para penonton sebelum menuju venue.
Antara lain wisata ke Pantai Senggigi, makam pemuka agama Batu Layar, serta Pura Batu Bolong. Pemerintah setempat juga telah membangun deck view terbuka dekat kawasan Batu Layar dengan pemandangan ke Teluk Senggigi.
"Ya, wajar bila tempat kami menjadi ramai dalam seminggu ini, tampi asih (terima kasih) bisa membuat Senggigi ramai kembali sementara," ungkap Zamruddin Amri, salah satu warga sekitar yang dijumpai Suara.com di sebuah kedai kebutuhan sehari-hari dekat Senggigi Square.
"Pulau Lombok ini bisa dibilang tidak luas, katanya penonton sampai 60 ribu, begitu. Tamunya datang dari seluruh penjuru Indonesia. Kumpul semua menjadi satu, penginapan di Kuta tidak cukup, sampai mengisi Senggigi bahkan Gili-gili, tentunya ini membuat semua yang berbisnis akomodasi dan makanan bisa kebagian rezeki," ungkap lelaki usia 55 tahun itu.
Semoga pendar redup kawasan Senggigi yang sesaat menjadi benderang ini bisa bertahan lebih lama. Bagaimana pun, "promosi" tidak langsung dari MotoGP Mandalika 2022 bisa menjadi pariwara bagi para penonton untuk diteruskan kepada calon wisatawan berikutnya.