Suara.com - Sepanjang akhir pekan kemarin, berbagai perusahaan otomotif yang memiliki relasi bisnis dengan Rusia telah menangguhkan produksinya.
Salah satu yang disorot adalah produsen mobil Rusia sendiri Avtovaz, produsen brand Lada. Carmaker ini menjalin kerja sama dengan Renault. Sementara Renault sendiri bergabung dengan Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi.
Dikutip kantor berita Antara dari Reuters, Avtovaz menyatakan kan menangguhkan beberapa jalur perakitan di sebuah pabrik di Rusia bagian tengah selama satu hari, Senin (28/2/2022).
Alasannya adalah kekurangan komponen elektronik global yang terjadi terus-menerus. Tanpa menyebutkan adanya invasi Rusia.
Sedangkan Renault sendiri, perusahaan otomotif yang menjadi bagian dari Renault-Nissan-Mitsubishi menyatakan akan menangguhkan beberapa operasi di pabrik perakitan mobilnya di Rusia minggu ini karena kemacetan logistik yang disebabkan oleh kekurangan suku cadang.
Tidak disebutkan apakah rantai pasokannya telah terkena imbas peperangan kedua negara, namun seorang juru bicara mengatakan tindakan itu adalah konsekuensi dari jalur truk pengangkut suku cadang sekitar perbatasan yang diperkuat pasukan Rusia dan negara-negara tetangga.
"Gangguan terutama disebabkan oleh kontrol perbatasan lebih ketat di negara-negara transit dan kebutuhan yang dipaksakan untuk mengubah sejumlah rute logistik biasanya," kata unit perusahaan Rusia, tanpa menyebut nama negara mana pun.
Sebagai catatan, Renault adalah perusahaan otomotif paling terekspos di antara deretan bisnis negara-negara Eropa dengan Rusia. Menurut Citibank, delapan persen pendapatan intinya berasal dari Negeri Beruang Merah.
Sementara pembuat ban Finlandia, Nokian, mengatakan mengalihkan beberapa lini produk utama dari Rusia ke Finlandia dan Amerika Serikat untuk mempersiapkan kemungkinan sanksi lebih lanjut setelah invasi.
Baca Juga: Driver F1 Pertama China Guanyu Zhou Gunakan Motif Tradisional di Helm dan Nomor Pebasket Kobe Bryant
Sedangkan Volkswagen Jerman mengatakan akan menghentikan produksi selama beberapa hari di dua pabrik Jerman setelah penundaan dalam mendapatkan suku cadang yang dibuat di Ukraina.
"Pasokan kendaraan yang sudah ketat karena adanya krisis global chip semikonduktor dan harga tinggi di seluruh dunia akan mendapatkan tekanan tambahan akibat durasi konflik di Ukraina serta tingkat keparahannya," jelas Presiden Prakiraan Kendaraan Global di LMC, Jeff Schuster.
Ia juga menyebutkan, kenaikan harga minyak dan aluminium kemungkinan bakal mempengaruhi kemauan dan kemampuan konsumen untuk membeli kendaraan. Termasuk jika ketersediaan produk di pasar telah meningkat.
"Kami telah membuat penurunan peringkat yang signifikan pada perkiraan Ukraina dan Rusia karena konflik yang meningkat antara keduanya dan dampak yang terkait dengan sanksi terhadap Rusia," lanjut Jeff Schuster.
Analis Wells Fargo, Colin Langan dalam sebuah catatan penelitian menyatakan, invasi Rusia ke Ukraina telah meningkatkan harga minyak di atas 100 dolar Amerika Serikat (AS) per barel, yang akan menambah tekanan inflasi pada konsumen Eropa dan Amerika.
Sementara konsumen telah bersedia membayar di atas harga yang tertera, demi mendapatkan kendaraan baru. Ditambah harga bahan bakar yang lebih tinggi secara berkelanjutan, maka pemulihan kondisi pasar otomotif jangka panjang akan semakin lama, sebutnya.