Suara.com - Invasi Rusia ke Ukraina menghasilkan risiko substansial dalam penjualan light vehicle atau kendaraan ringan passenger car secara global. Demikian diungkap konsultan industri otomotif J.D Power dan LMC Automotive dalam sebuah prediksi bersama yang dikutip Auto Economic Times dari India Times.
Para konsultan ini memperkirakan bahwa penjualan mobil kategori light vehicle akan mengalami penurunan 400.000 unit menjadi 85,8 juta mobil karena dua hal.
Yaitu kenaikan harga bahan bakar minyak bumi dan aluminium sebagai materi utama pembuatan bodi kendaraan. Kondisi kenaikan harga ini tentunya membuat daya beli konsumen untuk memperoleh mobil atau truk baru ikut menyusut.
Sementara itu, pasokan mobil serta harga di seantero dunia akan menunggu kondisi konflik Rusia-Ukraina membaik. Tentunya dalam durasi yang belum bisa dipastikan, demikian pendapat Jeff Schuster, President of Americas Operation and Global Vehicle Forecast di LMC Automotive.
Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina Timbulkan Dampak Bagi Pasokan Komponen Otomotif
Saat Rusia melakukan serangan pada Kamis (24/2/2022) harga minyak dunia melejit hingga tembus 100 dolar Amerika Serikat (AS) per barel, menjadi yang tertinggi sejak 2014. Sementara harga yang dilansir Brent mencapai 105 dolar AS per barel.
Invasi Rusia ke Ukraina direspon negara-negara Barat dengan sanksi ekonomi. Antara lain pemutusan hubungan dengan berbagai perbankan di Rusia, serta menangguhkan kerja sama bisnis yang dimiliki negeri itu.
Antara lain seperti maskapai penerbangan Amerika Serikat Delta Airlines yang menangguhkan code shared dengan maskapai penerbangan Rusia, Aeroflot. Atau tim sepak bola Manchester United, dari Britania Raya, yang menarik hak sponsorship Aeroflot.
Sedangkan industri otomotif sendiri, pada dasarnya tengah menghadapi situasi buruk. Sejak awal pandemi COVID-19 hingga kekinian, para produsen bergulat dengan situasi dan kondisi chip semikonduktor yang langka pasokannya. Lantas, kini turut menghadapi dampak invasi Rusia ke Ukraina.
Sehingga produsen kendaraan bermotor menangguhkan produksi atau memangkas pembuatan berbagai model. Mereka fokus kepada pembuatan produk high demand serta menjadikan fitur yang bisa dioperasikan manual tidak disemat chip semikonduktor.
"Dengan adanya gangguan pasokan di lini produksi kendaraan yaitu kekurangan chip semikonduktor, beberapa model tidak tersedia di pasaran hingga kuartal awal 2022. Ditambah kejadian invasi yang belum berakhir, maka situasi pasar kendaraan ringan tidak akan banyak berubah hingga Maret. Meski ada harapan pasar tumbuh lima persen," ulas Thomas King, President of the Data and Analytics Division J.D Power.