Suara.com - Mary Barra, Chief Executive Officer (CEO) General Motors mengatakan bahwa harga mobil baru akan tetap mahal walaupun ketersediaan chip semikonduktor nantinya sudah kembali normal.
Ia menjelaskan bahwa untuk kembali ke harga sebelumnya rasanya sangat tidak mungkin.
"Karena tidak hanya dealer yang diharapkan untuk terus menjual semua stok yang tersedia. Namun waktu tunggu yang lama," jelas Mary Barra, dikutip dari Autoevolution.
Dijelaskannya bahwa harga mobil baru akan tetap tinggi bahkan saat memasuki 2023. Hal ini disebabkan tingginya permintaan terhadap mobil baru.
Baca Juga: General Motors Mencatat Kenaikan Laba Bersih, Tanam Investasi untuk Baterai dan Pikap Listrik
Namun langkanya suplai chip semikonduktor membuat produksi mobil baru terganggu. Bahkan beberapa model tidak dapat diproduksi.
"Jika mobil dengan harga mahal bisa laris terjual seperti kacang goreng, bakal terasa lucu bila harganya dibuat lebih murah," ungkap Barra.
Terkait kurangnya pasokan chip semikonduktor yang terjadi saat ini, Barra menilai belum akan berakhir dalam waktu dekat. Walaupun beberapa tanda pemulihan sudah mulai terlihat.
"Faktanya, krisis chip semikonduktor tidak hanya dikarenakan permintaan barang elektronik yang meroket. Tetapi karena pembatasan dan penutupan yang berdampak pada produsen chip di seluruh dunia," kata Barra.
General Motors sendiri menjadi salah satu perusahaan otomotif yang terkena dampak paling parah saat terjadi krsisi chip semikonduktor. Produksi mesti dihentikan di beberapa pabriknya di Amerika Serikat.
Baca Juga: Bos General Motors Menyurati Pemegang Saham Tentang Chip Semikonduktor
Dalam beberapa kasus, General Motors memutuskan untuk memproduksi mobil tanpa sistem tertentu, karena mencoba mengurangi jumlah chip yang digunakan pada setiap model.